Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sungguhkah, Manusia Butuh Tuhan?

18 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 18 Maret 2024   06:46 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: cahayaislam.id

Jangan marah dulu, kemudian mengatakan saya tidak percaya Tuhan atau 'ATHEIS', kemudian muncul ancaman terhadap saya bahwa ; 'Ini penghinaan terhadap Tuhan..' Kemudian ada yang mengaku mengatakan membela Tuhan......

Wah sungguh hebat bila ada yang mengaku Tuhan bisa dibela.

Tuhan ibarat MATAHARI, alam dan manusia sebagai cahaya/sinar MATAHARI. Kebaradaan manusia dan alam sebagai BUKTI adanya MATAHARI. Memang ada yang bisa mengatakan bahwa Tuhan tidak ada. Semata hanya pikiran kita yang MENIDAKKAN, realitanya kita semua bisa hidup karena berda di dalam Tuhan.

Bila Tuhan bisa dibela, berarti orang tersebut lebih kuat dari Tuhan? Masuk akal kah? Karena ketika saya mengatakan bahwa saya bisa membela anak kecil, artinya saya merasa lebih kuat dari si anak kecil, dan siap membela orang yang menindas si anak kecil. 

Atau kemungkinan lain, mereka hanya ingin merasa hebat karena menganggap dirinya kenal Tuhan. Suatu cara berpikir aneh bila ada yang kenal Tuhan? Karena ketika saya mengenal seseorang, saya tahu secara fisik dengan orang tersebut; namun bagaimana mungkin bila saya ada di dalam Tuhan? Jelas kenal saja tidak, karena memang besada dalam Tuhan. 

Mungkin cara pandang saya konyol dan dianggap gila, tetapi saya selama ini selalu minta ini dan itu; segalanya tentan kepentingan duniawi : har-TA; tah-TA; dan wani-TA. Semuanya hanya terkait dengan kenyamanan indrawi dan nafsu badaniah. Seakan Tuhan sebagai pelayan yang siap kita suruh atau minta untuk memenuhi nafsu atau keinginan saya. Suatu cara berpikir atau anggapan yang menurut saya justru 'MERENDAHKAN Tuhan' sebagai Hyang Maha Hidup. 

Dalam suatu kepercayaan yang banyak diikuti juga dijelaskan bahwa 3 'TA' tersebut juga jebakan duniawi yang bisa menjauhkan diri dari Tuhan. Lha kemudian mengapa butuh Tuhan untuk sesuatu yang bisa menjauhkan kita memuja dan menyembah Tuhan? Jelas Dia tidak akan berikan keinginan kita berkaitan pemenuhan nafsu duniawi.....

Karena dengan memenuhi keinginan kita, maka kita bisa semakin jauh dari melakoni sifat Keilahian. Jadi daam kehidupan kita, mesti memiliki kemampuan untuk membedakan antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN. Dunia kacau balau karena kita menjadi penyembah nafsu keinginan.....

Sudah kah merenungkan bahwa tiada sesuatu pun yang bisa eksis atau hidup di luar Dia?

Inilah yang sering kita lakukan, mengadakan Tuhan semata untuk alat melakukan perbuatan untuk menindas orang lain yang tidak satu pemahaman dengan kelompok atau kepercayaan kita. Bukan kah dalam kita suci juga telah disebutkan bahwa Tuhan lebih dekat dari urat leher setiap manusia sehingga menyakiti sesama manusia juga menyakiti Tuhan. 

Dan bila kita meyakini dan mempercayai kebenaran kitab suci tersebut, semestinya kita melakoni da menjalani yang tertulis atau tertera di dalam nya. Suatu kitab akan menjadi SUCI bila citera-kan dalam kehidupan sehari-hari dan membuat orang tersebut menjadi suci atau baik terhadap sesamanya. Inilah yang menjadi VISI bahwa kehadiran manusia merupakan berkah atau rahmat bagi lingkungan/alam.

Suatu cara pandang yang merendahkan Tuhan sebagai sang Sumber Hidup. Bila kita betul-betul menyembah Tuhan sebagai Hang Maha Kasih, maka kita juga melakoni kasih dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuktikan bahwa Dia adalat sesembahan atau yang kita yakini kesucian-Nya.

Ini cara pandang saya, bukan kah setiap orang mempunyai cara pandang yang beda, selama tidak merugikan atau memaksakan kehendaknya. 

Selama hidup di dunia, kita butuh 3 'TA', tetapi tidak menjadi budak duniawi. Kadang kita merasa kuasa, kemudian demi memuaskan kemarahan atau nafsu syaitoni, kita menindas sesama makhluk hidup yang bila kita yakin bahwa Tuhan ada dalam diri saya, tentu juga berada dalam diri sesama manusia.

Saya sangat mempercayai dan meyakini hukum alam : 'SEBAB -AKIBAT' Bila kita menanam kebajikan akan menuai atau memanen kebaikan. Tulisan ini semata untuk mengingatkan diri sendiri agar bisa menerapkan pesan seorang utusan yang menyebutkan dalam kitab suci yang ditinggalkan : "PERLAKUKAN SESAMAMU SEBAGAIMANA DIRIMU INGIN DIPERLAKUKAN"

Demikian juga bahwa upaya keras akan menghasilkan yang setimpal. Kita bekerja dengan baik, maka kantor juga memberikan imbalan yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Apa yang kita tanam, itu yang kita tuai/panen. Mungkin sekali, kita butuh Tuhan agar bisa berpikir jernih sehingga bisa mewujudkan atau sifat Kasihnya. Inilah sifat utama Tuhan Hyang Maha Kasih. 

Dalam hidup di dunia ini kita senantiasa: 

  • Berpikir baik sehingga bisa:
  • Berucap baik maka kita bisa:
  • Berbuat baik.......

Untuk melakukannya ketiganya, manusia membutuhkan NEOCORTEX, namun bila masih saja mengedepankan emosi, kita masih belum beranjak atau berpindah dari cara pikira hewan yang hanya menggunakan otak mamalia, atau bahkan otak yang lebih kuno lagi; otak reptil yang hanya berpikir : FIGHT or FLIGHT. 

https://www.cahayaislam.id/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun