Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Berbuat Kejahatan Jauh Lebih Mudah daripada Berbuat Baik?

15 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 17 Maret 2024   02:42 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat sederhana penjelasannya....

Saya sadar bahwa saya lahir kembali ke dunia ini disebabkan banyak beban atau obesesi masa lalu mengikat kuat sehingga menarik saya untuk lahir kembali ke dunia. Tanpa adanya penyakit keterikatan, saya tidak bisa lahir lagi ke dunia ini.

Pertanyaannya mungkin bisa ditujukan bagi para suci atau rasul atau pun nabi. Mungkin kah mereka lahir kembali?

Mereka lahir kembali ke dunia karena keinginannya sendiri. Bagi mereka yang memiliki misi untuk berbagi kesadaran sebagai tugas dari Sang Maha Agung, butuh lahir lagi demi menunaikan tugas untuk berbagi. Sedangkan kita? Lahir kembali karena adanya keterikatan duniawi. Ingat istri, anak, atau pun harta duniawi saat terakhir kematian.

Ini yang membedakan kita yang bolot, bodo bin tolol. Segala ingatan kemewahan dan kenayaman indrawi direkam dalam pikiran sehingga mendorong kelahiran kita. Singkat kata, banyak sampah memori sebagai energi pendorong kelahiran kembali. Inilah yang disebut energi rendah/negatif.

Sedangkan para suci, ketika berda di dunia pun segala pikirannya tertuju kepada Hyang Maha Suci, sehingga saat kematian pun ingatan mereka ke atas; fokus pada keilahian Nyang Maha Suci. Bila kita bisa seperti ini saat maninggal dunia, kita terbebaskan dari proses lahir ulang. 

Mind yang terdiri dari gugusan pikiran dan perasaan para suci pecah berantakan menjadi fragment-fragment kecil yangtersebar di alam semesta. Hal ini sangat dimungkinkan untuk bisa diakses oleh kita yang hidup di bumi. Tentu saja kita harus satu frekuensi, bila beda frekuensi, tidak bakalan bisa mengaksesnya. Dan berita baiknya adalah dengan mengakses fragment kesadaran para suci, kualitas kesadaran kita akan meningkat berkali lipat. Syaratnya amat mudah, bersihkan mind kita dari sampah-sampah emosi melalui latihan Yoga dan Meditasi.

Kembali ke topik utama;

Ada keterkaitannya dengan penyebab kelahiran kita; sampah emosi dan pikiran menjadi amunisi pendorong kelahiran kita. Singkat kata, kita bagaikan orang yang menyandang tumor obsesi dan sampah emosi. Bagaikan saat kita sedang menanjak, untuk turun tidak utuh/upaya besar, tetapi saat naik/nanjak kita butuh energi atau upaya ekstra. 

Demikian juga kotoran emosi yang berupa sampah menjadi gaya tarik besar ketika ada yang sejenis. Oleh sebab itu kita patut berhati-hati bila sudah memahami makna spiritualitas sebagai tujuan utama kelahiran.

Sampah emosi dan obsesi yang tersimpan rapi bila sedikit terpicu dari luar, akan sangat mudah tersulut. Dan akhirnya kita kehabisan energi untuk meningkatkan kualitas kesadaran kita. Oleh karena itu perhatikan dengan siapa dan apa yang membuat diri kita tertarik dengan seseorang. Bila frekuensi mereka rendah, tentang masalah kenyamanan duniawi akan dengan mudah terhubung dengan yang ada dalam diri kita/penyebab kelahiran kembali.

So, jangan menyalahkan atau mencari kambing hitam SETAN.

Masalah utama ada dalam diri kita sendiri. Inilah hukum ketertarikan atau The Law of Attraction (LoA). Solusinya amat mudah : Bersihkan diri kita dari keterikatan da sampah masa lalu dengan Yoga dam Meditasi, silakan kunjungi Anand Ashram di Sunter.

 

https://nova.grid.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun