Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dimensi Tuhan?

11 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 11 Maret 2024   06:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: sapphirekey.blogspot.com

Saya dibingungkan oleh ungkapan 'Dimensi Tuhan'..........

Lha untuk apa diungkapkan bila tidak bisa dipahami oleh manusia. Hal yang saya buat bingung lagi ketika ada kalimat hubungan harizontal, katanya antar manusia dengan manusia. Hubungan vertikal antara Tuhan dan manusia? Memang bisa?

Dahulu sebelum saya mengerti tentang kata manusia, saya setuju dengan kalimat atau ungkapan tersebut. Namun setelah saya mempelajari makna kata manusia, saya sulit menerima hal tersebut.

Kata manusia terdiri dari dua kata:

  • manas yang berarti pikiran/mind dari bahasa Sanskrit,
  • isya yang berarti Ketuhanan atau sifat keilahian, katakan Tuhan juga boleh.

Tentang kata ISYA boleh saja bila ada yang tidak setuju bahwa manusia adalah manifestasi Tuhan. Tetapi apa pula hak kita tidak percaya bahwa Tuhan juga memanifestasikan diriNya jadi manusia atau makhluk hidup lainnya?

Bukankah dalam salah satu kitab suci yang ditinggalkan oleh seorang nabi juga disebutkan bahwa Tuhan lebuh dekat dari urat leher. Tentang kalimat ini juga membuat saya bingung; urat leher yang mana? Memang bila dimaknai secara harfiah sulit dipahami, tetapi bila didalami dari sudut pandang lain bisa seperti ini:

Bila seorang manusia atau hewan dipotong urat lehernya pasti tewas. Nah bila lebih dekat dari bagian yang membuat manusia/hewan bisa hidup, maka bisa dikatakan bahwa Dia tidak terpisahkan dari manusia. Dengan kata lain, manusia/hewan tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Jadinya keduanya tidak terpisahkan............. Alias jadi satu kesatuan.

Nah kembali ke hubungan horizontal dan vertikal....

Bisakah kita pisahkan bila tanpa kehadiranNya daam setiap manusia /hewan kita bisa berhubungan dengan manusia tanpa berhubungan dengan Tuhan?

Celakanya lagi, dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan hal sama. Berdoa pada Tuhan tetapi berbuat sewenang-wenang terhadap sesama manusia atau hewan. Bukan kah kita melakukan suatu yang tidak masuk akal?

Kecuali kita memang suka berpikir secara :'AKAL-AKALAN' semata untuk pembenaran atas perbuatan kekerasan yang kita lakukan demi, sekali lagi demi kesenangan indrawi kita. Bila demikian, bagaimana mungkin kita bisa berhubungan dengan Tuhan dalam doa?

Bila berdoa sekadar untuk menipu diri sendiri, parah lagi. Mungkin bisa kita menipu orang lain, tetapi setiap diri manusia 'katanya' percaya bahwa ada nurani dimana Tuhan bersemayam.

Sungguh kita telah menipu diri sendiri bila melakukan atau mempercayai adanya hubungan horizontal dan vertikal. Tanpa sadar sesungguhnya kita tidak lagi melakoni yang tertuliskan dalam kitab suci dari seorang yang kita anggap sebagai panutan kita daam keyakinan tertentu. Bukankah kita hidup dalam kemunafikan?  

Dimensi Tuhan

Mungkin istilah ini sering disebut oleh mereka yang menganggap bahwa Tuhan di alam sono, dan tempat yang jauh di sono. Aneh sekali ya. Dengan kata lain bahwa kita terpisahkan dari Tuhan yang bersinggasana di nun jauh sehingga kita minta ini dan itu seperti kita minta kepada boss. 

Dalam pemahaman saya, amat tidak mungkin!!!!

Karena bila kita dan Tuhan terpisahkan, berarti ada dua individu yang berdiri sejajar. Yaitu bila kita anggap Tuhan seperti kepala negara (anggapan mereka yang menempatkan Tuhan jauh di sono, mungkin maha tinggi), luar biasa mereka yang bisa menempatkan sejajar dengan Tuhan yang melingkupi segalanya.......... Betapa tidak tahu dirinya......

Dimensi Tuhan juga dimensi manusia. Kalau ada dimensi Tuhan, siapa yang tahu?

Bila ada yang menjawab, 'Hanya Tuhan yang tahu..'

Lantas mengapa pula dibahas???

Bila demikian, mereka yang menganggap adanya Dimensi Tuhan sesungguhnya telah anggap dirinya terpisahkan. Dengan kata lain, mereka luar biasa, karena sejajar dengan Tuhan.......

Bagi pemahaman saya, bila kita menempatkan Tuhan jauh di sono, maka kita telah menduakan Tuhan...........

Hal yang tidak berbeda bila kita mengakui paham tentang adanya hubungan horizontal - vertikal seakan kita bisa memperlakukan sesama semaunya. Karena tidak menganggap bahwa Tuhan yang lebih dekat dari urat leher kita tidak ada dalam sesama makhluk hidup.

http://sapphirekey.blogspot.com/2018/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun