Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dimensi Tuhan?

11 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 11 Maret 2024   06:40 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: sapphirekey.blogspot.com

Bila berdoa sekadar untuk menipu diri sendiri, parah lagi. Mungkin bisa kita menipu orang lain, tetapi setiap diri manusia 'katanya' percaya bahwa ada nurani dimana Tuhan bersemayam.

Sungguh kita telah menipu diri sendiri bila melakukan atau mempercayai adanya hubungan horizontal dan vertikal. Tanpa sadar sesungguhnya kita tidak lagi melakoni yang tertuliskan dalam kitab suci dari seorang yang kita anggap sebagai panutan kita daam keyakinan tertentu. Bukankah kita hidup dalam kemunafikan?  

Sumber gambar: sapphirekey.blogspot.com
Sumber gambar: sapphirekey.blogspot.com

Dimensi Tuhan

Mungkin istilah ini sering disebut oleh mereka yang menganggap bahwa Tuhan di alam sono, dan tempat yang jauh di sono. Aneh sekali ya. Dengan kata lain bahwa kita terpisahkan dari Tuhan yang bersinggasana di nun jauh sehingga kita minta ini dan itu seperti kita minta kepada boss. 

Dalam pemahaman saya, amat tidak mungkin!!!!

Karena bila kita dan Tuhan terpisahkan, berarti ada dua individu yang berdiri sejajar. Yaitu bila kita anggap Tuhan seperti kepala negara (anggapan mereka yang menempatkan Tuhan jauh di sono, mungkin maha tinggi), luar biasa mereka yang bisa menempatkan sejajar dengan Tuhan yang melingkupi segalanya.......... Betapa tidak tahu dirinya......

Dimensi Tuhan juga dimensi manusia. Kalau ada dimensi Tuhan, siapa yang tahu?

Bila ada yang menjawab, 'Hanya Tuhan yang tahu..'

Lantas mengapa pula dibahas???

Bila demikian, mereka yang menganggap adanya Dimensi Tuhan sesungguhnya telah anggap dirinya terpisahkan. Dengan kata lain, mereka luar biasa, karena sejajar dengan Tuhan.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun