Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Matilah dalam Keadaan Sehat

9 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 14 Maret 2024   11:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.alodokter.com/

Yup, janganlah mati di rumah sakit, mahal boss dan tidak sembuh bila ke RS. Namanya juga rumahnya orang sakit, ya tambah sakit kantong dan belum tentu sembuh. Yang ada disedot duit kita oleh rumah sakit. Memang ada RS yang tidak cari untung. Bahkan sering-sering seorang yang mestinca sudah meninggal, dalam arti brain death masih diberikan alat bantu. Ya tetap seperti hidup, karena adanya alat bantu. Jantung masih bisa 'tampak' detak karena bantuan alat, tetapi denyut otak tidak bisa digerakkan oleh alat.

Bukan kah sama saja kita diminta setor uang untuk mencicil alat? Mana ada menggunakan alat gratis. Banyak sudah kejadian seperti itu pada orang-orang di sekitar kita. Pertanyaannya, 'Mungkin kah kita mati dalam kesadaran sehat?'

Sangat mungkin, bukan suatu hal yang mustahil. Karena setiap organ tubuh kita memiliki batas waktu atau span life time. kalau kita masih ingat jaman dulu ada mainan anak yang menggunakan per. 

Organ dalam bahkan mungkin setiap organ tubuh kita memiliki masa putar seperti mainan anak dengan bentuk angsa. Caranya adalah kita harus memelihara dan merawat kesehatan tubuh termasuk setiap organ dalam tubuh kita. Jangan konsumsi makanan yang merusak organ dalam tubuh. Banyak sudah petunjuk yang disebarkan orang-orang agar tubuh menua dengan sehat. Belajarlah dari orang Jepang, ini sedikit kutipan:

'Di Jepang, ada pepatah hara hachi bu yang artinya boleh makan hanya sampai 80 persen kenyang. Ringkasnya, berhenti makan sebelum kenyang. Harus disisakan sedikit ruang di dalam perut seusai makan. Pepatah atau adab makan yang sering juga didengar di negara lain itu membantu masyarakat Jepang mempraktikkan pola makan sehat. Mengatur pola makan ini rupanya kunci rahasia umur panjang warga Jepang.

Selain makan lebih sedikit, badan juga mesti lebih banyak bergerak, duduk dengan posisi tegak, dan tidak berlebihan melakukan apapun. Bagi warga Jepang, empat kebiasaan itu bisa meningkatkan kualitas hidup dan berumur panjang' (Sumber bacaan lengkap di sini)

Kunci utama berada pada diri kita sendiri. Janganlah mengandalkan orang lain untuk menjaga atau merawat kesehatan kita sendiri. Mari kita ingat selalu bahwa untuk lahir di dunia bukanlah mudah. Tubuh adalah alat untuk menyelesaikan segala masalah yang juga adalah sebab yang kita buat sendiri di masa kehidupan masa lalu. Di bumi ini merupakan 'rumah sakit' bagi kita sejak lahir, sehingga janganlah menambah lagi pada waktu hidup di dunia.

Kita lahir karena adanya 'tumor' pada pikiran kita, jangalah jadi bodoh dengan melakukan bunuh diri. Tidak ada yang dapat diakhiri dengan cara bunuh diri. Betul-betul perbuatan BODOH dan tidak bersyukur atas peluang emas yang diberikan oleh Alam Semesta. Dengan mati dalam keadaan sehat berarti juga mati dalam kesadaran.

Mati dalam keadaan sehat bisa dilakukan bila pikiran kita sehat. Pikiran sehat akan memberikan efek pada tubuh sehat. Pikiran sehat merupakan cara pandang sehat yang memahami bahwa konsumsi jenis makanan juga sesuai dengan kebutuhan organ tubuh, sama sekali bukan demi kenyamanan lidah.

Jangan menjadi pengikut mereka yang semata menjadi budak lidah atau indrawi. Jadilah cerdas dengan cara mengikuti saran dan disiplin para suci. Mengabdikan diri pada kepentingan umum, bukan jadi budak indrawi kita. Kembangkan menggunakan Neocortex sebagai landasan dalam kehidupan. Jauhkan menggunakan otak hewan : mamalian and reptilian brain. Saatnya menjadi manusia yang mengembankan kemuliaan Keilahian. BUkan hewan berbentuk manusia.......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun