Surga yang selama ini diceritakan oleh orang hanya menceritakan semua hal berkaitan dengan kenikmatan duniawi. Karena tidak satu pun yang telah meninggal dunia kembali untuk bercerita tentang surga. Mungkin ada yang membantah, 'Ada cerita dari orang yang telah dianggap mmeninggal, kemudian dinyatakan hidup lagi bercerita bahwa ia telah mengunjungi surga.
Sesungguhnya yang ia kisahkan hanyalah pola pikir yang ia ciptakan sendiri selama burada di dunia. Ia menyimpan memori files tentang cerita dari orang sekitarnya. Pikiran atau memori ini membawanya ke surga ciptaannya sendiri. Bila sungguh-sungguh telah menyatu dengan Sang maha Sumber berarti tidak bakal kembali lagi. Di alam roh, ia bisa mengatakan ketemu si Fulan, si Hola dan sebagainya, ia hanya membayangkan. Cerita-cerita tentang surga mengarah tentang kehidupan duniawi. bahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan dunia atau indrawi sebagai hal yang paling utama. Ini semata disebabkan oleh pikiran yang mengharapkan kenikmastan yang tidak bisa didapatkannya.
Ini keanehannya, bila mau merenungkan, adalah bahwa segala hal yang tidak bisa didapatkan di dunia karena ketidakmampuan sega finansial atau keuangan, semuanya hanya mimpi, kemudian mimpi ini ditumbuhkembangkan sebagai iming-iming untuk melakukan kebaikan.
Bila kita anggap bahwa pencapaian kenikmatan kepuasan badaniah sebagai puncak pencapaian, maka ketahuilah bahwa kesadaran kita masih pada lapisan fisik. Lapisan paling rendah., lapisan paling luar atau kulit yang terlihat secara fisik. Â So, surga yang tertanam di dalam otak atau pikiran kita masih pada batas kenikmatan indrawi. Dan bila hal ini yang ada dalam otak atau pikiran kita, maka dapat dipastikan setelah kematian, alam yang kita temui adalah alam surga. Karena selama ini, kitaÂ
Mari kita renungkan pesan Bhagavad Gita by Anand Krishna.
'Mereka yang berkarya untuk meraih hasil tertentu sesuai dengan anjuran dalam ketiga Veda tersebut, sepanjang hidupnya menikmati Soma, atau segala kenikmatan yang berasal dari gugusan pikiran, indra, badan, dan sebagainya; berbakti dengan melakukan berbagai macam ritus, dan terbebaskan dari segala macam dosa-kekhilafan, mereka menuju alam surga tempat Indra berkuasa. Demikian, mereka menikmati segala kenikmatan surgawi.'
'Setelah menikmati alam suga yang luas dan berakhirnya (tabungan) kebajikan yang mereka peroleh sebagai hasil dari pekerjaan yang sesuai dengan anjuran Veda - kitab-kitab suci - maka, mereka kembali ke dunia ini. Demikian mereka datang dan balik - lahir, mati, menikmati surga, lahir lagi, dan mait lagi - berulang-ulang kali.'
Sorga yang dimaksudkan adalah alam kebebasan atau Nirvana. Kebebasan atau moksha itulah surga. Surga adalah kenyamanan tanpa gangguan. Surga yang dipahami oleh banyak orang gambarkan selama  belum bisa dikatakan membuat pikiran kita bebas dari keinginan sehingga hal ini belum menjamin kita terbebaskan dari belenggu kenikmatan badaniah. Karena surga yang dibicarakan orang banyak berkaitan dengan kenikmatan ragawi, maka surga semacam ini setelah kematian tidak berlaku bagi yang punya uang. Semuanya bisa didapatkan bila uang bisa membelinya.
Surga yang diinformasikan dalam buku Bhagavad Gita, bahkan tidak pernah disebutkan sebagai surga. Tetapi merupakan alam kebebasan bagi para panembah sejati, alam dunia ini dianggap sebagai surga sehingga tidak ada lagi keluhan. Dan setelah kematian tubuh, maka tingkat lebih lanjut adalah alam kebebasan dari segala kenyamanan tubuh. Bila tidak percaya, bayangkan anda bebas dari segala keinginan kenyamanan indrawi. Itulah kenyaman atau kenikmatan surga.....
Yang saya pahami, kita harus melampaui alam pikiran yang masih materi......
https://www.booksindonesia.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H