Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mati Hidup di Sini, Mau ke Mana?

7 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 7 Maret 2024   06:40 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.booksindonesia.com/produk/

Yang mati siapa tubuh? Itulah pengertian umum, sehingga menganggap bahwa si roh yang terdiri dari gugusan pikiran dan perasaan/emosi bisa ke alam lain?

Aku bukan badan.......

Aku bukan pikiran......

Aku bukan perasaan......

Ya jelas ga mungkin lah. Mengapa saya katakan tidak mungkin?

Tubuh manusia terdiri dari tubuh kasar dan halus, ini sudah diketahui banyak orang,'kan?

Tubuh kasar yang terbuat dari makanan pastlar kembali ke alam/bumi. Kembali terurai ke asalnya. Dari tanah kembali ke tanah. Semuanya berasal dari tanah. Tumbuhan yang membentuk tubuh kasar kita berasal dari bumi, tanah juga,'kan? 

Tubuh halus, katakan roh terdiri dari pikiran dan perasaan, ini juga masih materi. Bila mau tahu yang bukan materi adalah percikan Hyang Maha Hidup, istilah bahasa Sanskrit disebut Atma. Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, si atma ini disebut Jiwatma.

Untuk memahami lebih mudah dan membumi, kita ibaratkan Hyang Maha Kuasa sebagai matahari. Matahari memancarkan cahaya, nah cahaya ini masuk ke rumah/tubuh kita. Ia disebut sinar atau hanya pantulan dari cahaya. Sinar ini yang disebut Jiwa atau yang membuat tubuh kita bergerak. Ia memiliki kualitas sama dengan matahari; katakanlah sebagai percikai air laut, bila laut kita anggap Sang Maha Sumber Agung.

Jadi AKU bukanlah pikiran. Dengan kata lain, pikiran ini adalah alat bagi Sang Sinar/Jiwa untuk berekspresi. Sedangkan untuk berekspresi di dunia yang dualitas, ia butuh otak, perangkat keras. Pikiran kita sebut sebagai perangkat lunak. 

Ketika mati, tubuh kasar ditinggalkan oleh sang roh. Karena roh ini materi dan harus memiliki energi untuk menggerakkannya, Sang Jiwatma/individu sebagai energi penggerak. Dalam hal ini, si Jiwatma bisa dikatakan terperangkap dalam pikirannya. Ia menganggap atau mengidentifikasikan diri sebagai si Fulan.

Sang Jiwatma terperangkap dalam alam pikiran dan perasaan, dengan kata lain si Jiwa ini juga terselubung materi/pikiran. Ia belum bisa kembali ke asalnya, Sang Sumber Agung.

Semakin banyak keinginan atau obsesi dan semakin aktif, superaktif selama hidup di dunia, tentu semakin banyak beban dan semakin tebal selubung si Jiwa individu. Si Jiwa individu ini tidak akan bisa kembali ke Sang maha Sumber kecuali selubungnya pecah berserakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun