Ya kita sendiri. Jangan katakan baca yang menetukan takdir adalah Tuhan. Memang urusannya Tuhan apa, koq menentukan takdir kita?
Bukankah takdir adalah segala sesuatu yang kita alami saat ini? Dengan demikian, mari kita renungkan......
Hidup terdiri dari pengalaman + pengalaman;
Pengalaman terdiri dari perbuatan + perbuatan;
Perbuatan terdiri dari hasil ucapan + ucapan;
Ucapan berasal dari pikiran.
Berlandaskan yang tersebut di atas, bukan kah kita sendiri yang menentukan nasib kita?
Dari sisi mana peran Tuhan?
Segala perbuatan kita mesti kita sendiri yang bertanggung jawab. Dari salah satu kitab yang ditinggalkan seorang suci tertuliskan dengan jelas dan tegas : 'Setiap anggota tubuhmu bertanggung jawab atas perbuatannya.'
Penyakit kita adalat bahwa selalu mencari kambing hitam agar kita terhindarkan dari kesalahan akibat perbuatan sendiri. Maka kita tuding setan yang menggoda. Kita lupa juga tertuliskan dalam kitab yang diwariskan bahwa setan adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mau tunduk dan patuh kupada manusia. Dengan kata lain, setan adalah makhluk satu-satunya yang mengaki bahwa Tuhan Esa adanya. Beda dengan manusia yang tidak mengakui Tuhan adalah Hyang Mahatunggal. Buktinya nyata, pada umumnya atau bahkan vampyr seluruh manusia menuhankan 3 'TA'. Harta, Tahta, dan Wanita.
Segala urusan untuk berdoa pun selalu dikaitkan dengan ketiga hal tersebut. Minta ini dan itu tentu berkailan dengan 3 'TA'. Kita sama sekali lupa bahwa sesungguhnya bila untuk berurusan dengan 3 'TA' tidak dibutuhkan campus tangan Dia. Nah, bila kita mau mengembangkan kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup, baru kita mohon bantuan-Nya. Karena Dia lah yang memiliki sifat-sifat tersebut. Dia Hyang Maha Indah dan Kasih.
Ternyata selama ini kita salah minta. Kita merendahkan Dia dengan menyamakan Tuhan sebagai pelayan yang harus memenuhi permintaan kita. Urusan duniawi lagi.........
Dengan kata lain, sesungguhnya kita belum atau bahkan tidak sadar bahwa ketika Dia mengirimkan manusia (agar mudah saja) ke dunia tentu telah dibekali untuk hidup. Ya tidak masuk akal bila Tuhan lupa memberikan bekal untuk hidup?
Kembali tentang takdir. Saya kutip dari sini :Â
'Pada saat yang sama, kita sebagai manusia bertanggung jawab atas tindakan kita, dan akan diberi penghargaan atau hukuman yang sesuai pada Hari Penghakiman.'
Tekanan saya pada '...manusia. bertanggung jawab atas tindakannya......' Nah yang dimaksudkan hari penghakiman adalah saat kematian tiba kita diberikan kilasan semasa kehidupan. Sudah kah kita memperlakukan sesama makhluk hidup sebagaimana kita ingin diperlakukan?
Dengan singkat kata; bahwa sesungguhnya takdir baik dan buruk sebagai akibat perbuatan kita sendiri. Namun jangan lupa, bahwa hubungan sebab akibat ini sangatlah rumit. Jangan pikir kita bisa debet kredit seperti uang dalam tabungan. Perbuatan buruk bisa dikurangi dengan perbuatan baik. Ini konsep pikiran manusia. Misalnya kita memperkaya diri dengan menebang pohon di hutan Kalimantan dengan cara merusak hutan, kemudian kita memberikan santunan pada orang miskin. Anggapan kita bisa debet-kredit. Konsep kepicikan pikiran manusia.
Atau cara pikir : Kalau si Bapak melakukan perbuatan buruk, maka anaknya yang akan mengalami balasannya. Ya ga bisa....... Jelas dalam kitab tertuliskan '....setiap anggota tubuh mesti mempertanggungkan jawabannya sendiri'
Bagaimana kita menyikapi takdir bila seperti di atas?
Ya kita mesti menyadari dan menerima bahwa mau tidak mau; suka tidak suka kita menerima akibat ulah kita. Dan bila mau menciptakan masa depan lebih baik, kita mulai sekarang mesti menanamkan kebajikan.
Saat Ini kita mengalami akibat perbuatan masa lalu sekaligus sedang menanam sebab agar berakibat atau berbuah baik di masa akan datang. Ribet ya????
Berpikir baik sehingga berucap baik. Selanjutnya berakibat perbuatan baik untuk mendapatkan pengalaman baik......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI