Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sudahkah Kita Islam? Menuju Islam Adalah Perjalanan

4 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 4 Maret 2024   06:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: santapanrohani.org

Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-Nya.[14] Pengertian "berserah diri" dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[13] Seorang muslim mengikuti perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.[13] (Sumber : Wikipidea Bahasa Indonesia)

Pertanyaan mendasar : 'Bisakah kita tunduk dan patuh terus menerus selama 24 jam?'

Merupakan keniscayaan tak terbantahkan bahwa selama kita masih hidup tunduk dan patuh selama 24 jam bisa dipenuhi. Dengan kata lain, kita betul-betul selalu ingat kepada Dia. Sedangkan kita masih harus bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Ya, selama kita butuh makan, mau tidak mau; suka tidak suka tidak bisa mengingat Tuhan selama 24 jam. Saat ingin kencing saja lupa. Pegatina kita pada bagaimana buang air. Apalagi bila ada masalah keuangan, keluarga dan sebagainya. Jelas fokus kita beralih ke masalah dunia. Tidak mungkin bisa selam masih hidup. Lantas kapan jadi Islam?

Kalau hanya untuk ini, begitu mudah mengisi kolom KTP dengan agama Islam. Tapi benarkah semudah itu? Mungkin orang yang beragama Islam akan menyahut, mudah dong... 

Tinggal ucapkan saja dua kalimah syahadat. Beres... 

Lantas lakoni ritual sembahyang, puasa, amal zakat fitrah, dan kalau mampu pergi haji...

Bukan hanya sebagaimana tersebut di atas teman-teman..........

Hal-hal yang disebutkan di atas adalah yang bersifat ragawi semua. Dan hanya pantas di ucapkan seorang anak kecil atau burung beo yang hanya ikutan tanpa memahami bagaimana implementasi sehingga memberikan berkah bagi sesama (Rahmat Bagi Sekalian Alam).

Bagi kebanyakan orang yang masih memperhatikan tampilan badan untuk sekedar membohongi manusia. Yang agak lumayan lagi untuk mencari simpatik agar dapat bantuan kerjaan. Bukan, 'kah tampilan luar gampang dilakukan tetapi dalam hati tidak selaras. 'Going London Looking Tokyo '

Jika pemahaman keislaman kita hanya sebatas badan, akan sangat merugilah menjadi seorang Islam dalam arti sesungguhnya.

Marilah kita kembali ke arti Islam. Islam berarti berserah diri secara total kepada Dia Sang Khalik Pencipta Agung. Bagaimana mungkin hal-hal yang sudah saya sebutkan di paragraph awal mewakili keberserahan diri? Keberserahan diri tidak ada kaitannya dengan segala ritual. Semua ritual dibutuhkan demi memperoleh pengakuan dari sesama. Keadaan bathin seseorang akan tampak dalam perilaku sehari-hari. Perilaku terhadap sesama dan lingkungan. Kecintaan terhadap lingkungan dan kasih terhadap sesama.

Inilah Intisari dari semua kepercayaan atau agama:

"Kasihilah sesamamu

Cintailah semua makhluk di dunia

Jangan menyakiti sesamamu

Jangan membenci sesamamu"

Secara ringkas mungkin bisa seperti ini dalam satu kalimat : 'Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.'

Kapan Kita Jadi Islam?

Untuk menjadi Islam, sebagaimana yang saya lakukan merupakan jihad atau perjuangan seumur hidup. Penyerahan diri hari ini tidak dapat menjamin esok hari masih dalam keadaan berserah diri. 

Saat ini berserah diri, besok bisa saja tidak dalam keadaan berserah diri. lain halnya bila malam ini detik terakhir pengeluaran napas saya sudah berserah diri secara total. Yang dimaksudkan dengan berserah diri adalah sama sekali tidak mengingat masalah duniawi. Bila sedikit pun ada keterikatan terhadap keluarga dan harta yang kita tinggalkan, ya sama saja belum Islam. Kita belum berserah total, karena masih ada sisa kebendaan dalam pikiran kita.

Bila hal tersebut di atas bisa dipenuhi artinya tidak ada lagi peluang esok hari untuk berubah pikiran tentang jadi Islam yang sesungguhnya. Ya hanya bisa terjadi saat kita meninggalkan dunia tanpa ada hari esok........

yang kita anggap kepercayaan atau pun agama hanyalah jalan, bukan tujuan akhir yang berupa kesatuan kepada Sang Maha Sumber Agung......

https://santapanrohani.org/shareable/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun