Sudah kah kita minum susu sapi, atau hanya menggunakan pengetahuan pinjaman dari seseorang yang sudah minum susu sapi?
Mungkin ada yang menjawab; 'Kami meyakini yang disampaikan oleh mereka yang sudah pernah minum, untuk apa menanyakan lagi?'
Bila setelah minum susu sapi para suci bertindak dengan tidak lagi melihat warna kulit sapi, sudahkah kita juga mengikuti buah atau perbuatan yang sama dengan mereka?
Cara ini bisa dilakukan, mungkin bisa kita ibaratkan dengan seseorang yang mengatakan bahwa api itu panas berdasarkan pengalaman mereka, kita tidak lagi perlu mengulang. Kita hati-hati sehingga tidak mau terbakar.
Bila demikian, bertindaklah sama dengan yang dilakukan para suci yang telah melihat Tuhan Satu adanya dengan cara mengasihi dan menyayangi setiap makhluk hidup. Jangan hanya mengikuti ucapannya tanpa bertindak sebagaimana para suci. Kalau tidak mau kena sanksi.
Jangan dipikir tanpa ada hukuman atau sanksi bila kita berlaku sebagai saksi palsu.........
Bayangkan bila kita bertindak sebaliknya?
Bertindak semaunya alias berbuat kekerasan dan menghina karena melihat perbedaan kulit sapi........
Pertama sanksinya adalah pikiran kita telah melakukannya perbuatan kekerasan. Dengan menyakiti dan menghina sesama, tanpa sadar kita sudah sakit pikiran atau mental. Dampak selanjutnya terhadap tubuh kita. Ga percaya???????
Kita konsumsi daging, kita anggap biasa.
Bukan,'kah kita sudah berbuat sebaliknya dari para suci. Mereka sadar bahwa hewan yang dibunuh sekadar untuk memenuhi kenyamanan indrawi bisa merusak tubuh. Karena tidak satu pun hewan tidak merasa marah atau takut saat dibunuh. Saat itu emosi kemarahan diserap daging, daging 'rusak' ini kita konsumsi. Sudan banyak bukti ada korelasi erat antara daging dan emosi manusia.