Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Betulkah Kita Sudah Menjadi Saksi?

3 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 3 Maret 2024   09:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: radiomutiaraquran.com

Hati-hati ya ketika tanggung jawab bila menjadi saksi............

Tidak mudah teman untuk menjadi saksi. Seorang saksi mesti betul-betul melihat dengan mata dan kepala sendiri. Bahkan di pengadilan pun kita di sumpah ketika diminta menjadi saksi. Ada sanksi yang cukup berat bila menjadi saksi palsu. Saya kutipkan di bawah ini pidana saksi palsu:

'Sanksi pidana terhadap saksi yang memberikan keterangan palsu dalam proses perkara pidana akan dikenakan pidana penjara selama tujuh sampai sembilan tahun sesuai ketentuan Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana'

Sebagai seorang saksi kita memiliki kekuatan yang meyakinkan, di samping itu juga berani bertanggungjawab. Ini baru hukum dunia, sekarang bagaimana bila kita menganut suatu kepercayaan tertentu, kemudian setiap kali berucap bahwa 'Aku bersaksi bahwa Tuhan Tunggal adanya?'

Sudahkah kita menyaksikan dengan mata kecala sendiri ucapan tersebut?

Atau hanya sekedar mengikuti seperti burung beo?

Burung beo pintar menirukan tetapi tidak memahami tanggung jawabmengenai yang diucapkan. Bukan,'kah si beo hewan?

Jadi bila kita manusia yang dikarunia neocortex mengatakan hal yang sama, apa bedanya????

Mengapa pernyataan saksi bahwa Tuhan Mata Tunggal adanya disampaikan oleh para suci?

Karena mereka memang betul-betul sudah menyaksikan bahwa Dia Maha Tunggal, dan ini betul-betul diterapkan dalam hidup sehari-hari. Pertama sekali mereka meyakini bahwa kehadiran Tuhan ada dalam dirinya. Tahap ke-dua mereka menyadari bahwa sebagai manusia yang telah melihat Tuhan juga ada dalam dirinya meyakini bahwa dapat dipastikan Tuhan juga berada dalam setiap makhluk hidup, tentu terutama manusia.

Mungkin bila kita ambil contoh yang lebih mudah; para suci sudah minum susu sapi, mereka tidak lagi melihat warna atau bentuk luar sapai. Mereka meyakini bahwa semua jenis sapi pasti susunya berwarna putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun