Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dengan Pikiran Tidak Bisa Bertemu Tuhan

22 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 22 Februari 2024   06:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.ufoelektronika.com/

Pikiran yang saya maksudkan adalah intelektual, kepintaran. Mungkin yang dikenal manusia pada umumnya sebagai otak kiri. Tetapi setelah saya memahami tentang fungsi otak, mungkin yang dimaksudkan dengan otak kiri sebenarnya bagian otak yang terkait dengan otak mamalia, fungsinya. Yang terkait dengan perasaan takut ; lawan atau lari (fight or flight) warisan otak reptil. 

Kita menggunakan pikiran untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebendaan atau duniawi. Misalnya untuk mencari uang/harta; kekuasaan/tahta; dan wanita. Di sinilah korelasinya : 'Pikiran adalah materi yang masih kasar. Sedangkan intelejensia sudah lebih halus lagi. Hasil transformasi pikiran adalah intelejensia atau buddhi.

Pikiran sangat berhubungan dengan kepentingan diri sendiri. Misalnya untuk pengetahuan/sains berkaitan dengan intelektual. Dengan menggunakan intelektual kita bisa berfilsafat ria. Kita bisa mendefinisikan Tuhan dengan ini dan itu, tetapi sebatas definisi. Peran intelektual tidak memuaskan manusia. Ibarat kita mendefinisikan tentang makanan dengan begitu indah dan menggiurkan, tetapi dipastikan tidak mengenyangkan perut yang lapar. Seperti inilah kita membuat deskripsi tentang Tuhan; sebatas kata hanya memberatkan beban pikiran. 

Semakin banyak pengetahuan atau menggembungkan intelektual, semakin sulit bertemu Tuhan. Ini yang disebut hijab atau pembatas. Celakanya saat kematian tiba, semua beban ilmi pengetahuan tidak akan bisa menghantarkan penyatuan manusia dengan Tuhan. Pengetahuan bersumber dari pikiran.

Tuhan tidak akan bisa ditemui di alam setelah kematian. Dia hanya bisa ditemukan di alam nyata sekarang ini. Suatu pemahaman yang sangat merugikan bagi orang yang melakukan bunuh diri untuk mengakhiri masalah dan kemudian ingin bertemu Tuhan.

Tuhan tidak ada di surga, karena surga sudah banyak orang baik atau suci, sehingga kehadiran Tuhan tidak lagi dibutuhkan. Tuhan hanya bisa ditemukan di neraka, mungkin bumi ini? Siapa yang tahu, saya juga tidak tahu....

Keberadaan Tuhan amat dibutuhkan untuk menuntun manusia yang bersalah atau berdosa, tidak dibutuhkan bagi orang baik/suci. Untuk apalagi, sudah baik yang telah menjadi bagian dari Tuhan. Tuhan dibutuhkan sebagai penuntun menuju Tuhan/kesatuan dengan Dia.

Pikiran tidak ada urusan dengan Tuhan, pikiran berurusan dengan pengetahuan. Dan pengetahuan menggunakan tak mamalia dan reptilia. 

Dari buku Atma Bodha by Anand Krishna, saya menemukan penjelasan yang sangat membantu:

Kita membuat suatu kipas angin; kipas angin ini bergerak dengan menggunakan listrik. Kipas angin adalah otak sebagai perangkat untuk mengekspresikan pikiran. Pikiran atau mind sebagai listriknya. Kipas angin tidak bisa berputar bila tidak ada aliran listrik.

Tubuh termasuk otak tidak bisa bergerak bila tidak ada pikiran/energi listrik atau perangkat lunak anggap saja pikiran yang digunakan mengurusi bendawi atau kenyamanan indrawi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun