Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ternyata 9-10 % Rakyat Indonesia Cerdas

21 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 21 Februari 2024   08:36 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KompasTV

Kecerdasan yang saya maksudkan adalah menggunakan pikiran kritis atau critical thinking. Penggunaan critical thinking berarti menggunakan Neocortex. Otak baru yang ada hanya pada manusia. Semakin besar kita menggunakan bagian otak ini semakin menunjukkan kemanusiaan kita berkembang. Mengapa?

Karena bagian otak baru ini yang membedakan antara manusia dan hewan. Bagian otak belakang yang disebut batang otak terdiri dari otak mamalia dan reptilia. Reptilia aktif atas dasar lari atau lawan; flight or fight. Sedangkan otak mamalia sudah lebih berkembang secara emosi. Jadi bila manusia masih hidup atas landasan rasa takut dan emosi semata, ia belum bisa dikatakan sebagai manusia seutuhnya. Penggunaan otak barunya belum maksimal.

Mengapa saya sebutkan rakyat yang cerdas masih sekitar 9-10 %?

Dari hasil perhitungan cepat pada tanggal 14 Februari 2024.

Pada hasil perhitungan cepat sore hari ternyata suara terbanyak pada calon nomor 2. Selisih dari syarat penentuan 1 (satu) putaran adalah > 50 % yaitu sekitar 9-10%

dari hasil pengamatan saya (pendapat pribadi) tidak satu pun lembaga survei menunjukkan angka ini dari hasil survei yang dilakukan beberapa lembaga yang bisa dipercaya. Lembaga-lembaga tersebut telah membuktikan prediksinya selama beberapa kali PEMILU presiden sebelumnya. Dan ternyata hasil perhitungan cepat mereka cukup akurat.

Perkiraan awal saya akan terjadi 2 (dua) putaran atas dasar hasil survei yang drama dari lembaga survei selama beberapa kali mereka lakukan. Nilai yang yang sering dihasilkan berkisar 40 sampai 50 persen. Sedikit sekali lembaga survei menunjukkan atau bahkan tidak ada hasil survei > 51%.  

Kecerdasan Rakyat Indonesia Yang Menentukan Jadi Satu Putaran

Saya sebutkan sebagai kecerdasan sebesar 9-10 % adalah keinginan agar banyak biaya yang bisa dihemat bila satu putaran. Selain itu juga untuk memperkecil terjadinya konflik horizontal sesama rakyat. Atau bisa juga agar cepat selesai penentuan presiden baru sehingga kita bisa lebih fokus untuk kembali bekerja demi kesatuan dan persatuan menuju pemulihan sosial dan ekonomi. Semoga menuju Indonesia lebih baik lagi.

Saya juga tidak tahu dengan pasti rakyat yang sudah memiliki kecerdasan, karena memang dari hasil survei ada kecendrungan jadi dua putaran. Hasil akhirnya membuktikan bahwa banyak yang memilih untuk satu putaran demi sesuatu kepentingan orang banyak.

Sesungguhnya menurut pikiran saya, kita sudah bisa menentukan calon presiden sejak awal. Mengapa?

Begitu diketahui capres/cawapres sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan undang-undang, kemudian dipastikan dilakukan beberapa kali survei. Bila calon tersebut menunjukkan keunggulan > 50 persen; selanjutnya tinggal 'gaspol' agar jadi satu putaran saja demi penghematan anggaran yang tidak perlu. Bukan sedikit biaya PEMILU, mengapa kita mesti memilih jadi dua putaran?

Banyak energi dan biaya terbuang sia-sia. Kita rakyat banyak sudah bosan menjadi korban sekelompok partai atau orang yang hanya memanfaatkan suara kita hanya pada saat pemilihan saja. Setelah PEMILU selesai, rakyat yang tampaknya dibutuhkan mendulang suara, akhirnya hidup normal lagi. Betul-betul bisa lupa janji yang muluk saat kampanye. 

Juga bila kita memilih atas dasar debat, bukan kah setiap orang pintar menata kata manis seakan - akan paling baik dan pintar untuk melakukannya perbuatan paling baik. Setelah menang???

Lebih banyak kerugian bagi masyarakat bila dua putaran...

Namun bila ada yang mengatakan bahwa calon yang unggul menurut lembaga survei kurang baik atau kurant ini dan itu, ya jangan ajukan menjadi calon ke KPU. Koq repot...

https://www.youtube.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun