Ya, saya adalah pencipta, generator (G) masalah; juga sebagai pelaksana, operator (O), dan yang mengakhiri, penghancur; destructor (D).
Semuanya kita ciptakan sendiri, kemudian kita pelihara atau dilaksanakan  sendiri, yang bisa mengakhiri yang diri sendiri. Bagaimana mungkin ada orang lain yang bisa mengakhiri?
Bukan'kah masalah ada karena adanya konflik dalam diri sendiri?
Adanya keinginan yang tidak terpenuhi lah yang membuat ada masalah. Kita konflik dengan orang lain juga karena kita 'merasa' tilak sesuai dengan keinginan kita. Kita anggap orang lain lebih bodoh juga hanya membuktikan adanya kebodohan dalam diri kita.Â
Segala sesuatu hal yang buruk dalam diri sendiri, kita cerminkan ke luar dengan cara menuduh orang lain buruk. Ya, bagaikan kita melihat di luar jelek atau kotor, tetapi yang kotor adalah kaca pendela atau kaca mata kita sendiri..
Dengan memahami hal ini, kita bisa mengetahui sifat seseorang baik atau buruk berdasarkan ucapannya sendiri. Yang butuh kita lakukan adalah perbaiki diri sendiri, tidak perlu mengkoreksi atau mencari kesalahan orang lain. Selama kita bisa melihat keburukan dalam diri orang lain, sesungguhnya itu juga cerminan dari kita sendiri.
Jadi masalah terus tetap ada bila kita juga terus sebagai operatornya atau pemelihara masalah. Carilah dalam diri sendiri penyebab masalah. Oleh karena itu, setiap masalah hanya diri sendiri yang bisa menghancurkan/destructor (D).
Hanyalah karena ketololan kita selalu mencari kambing hitam orang lain. Â
Lantas dimana peran orang lain? Saya balik bertanya, mengapa mesti mengurusi oang lain, jika kita sudah sadar bahwa kitalah pencipta penderitaan atau kesengsaraan sendiri. Saat bertanya tentang oang lain, kita akan lari mencari kesalahan orang lain. Dan kita sadar bahwa saat mencari kesalahan oang lain, kita sedang menciptakan penyakit bagi diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H