Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keyakinan Buta Tidak Ada, Yang Ada Kepercayaan Buta

11 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 11 Februari 2024   06:39 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keyakinan

Suatu keyakinan bukanlah keyakinan buta. Keyakinan didasarkan atau dilandasi argumentasi dan landasan yang bersifat ilmiah atau sains. Bahkan mereka yang berkeyakinan melalui pengujian dengan alasan bahwa keyakinan harus memiliki wawasan luas dan bermanfaat bagi banyak orang.

Sebagai contoh; yakin bahwa besek matahari pasti terbit. Ini landasan atau dasar ilimiahnya/sains adalah karena bumi berputar. Matahari tidak terbit, tetapi disebabkan terjadinya putaran bumi. Matahari tidak pernah tidak ada ataupun ada. Yang menyebabkan kita bisa melihat matahari atau tidak adalah karena terjadinya putaran sehingga bagi kita yang tinggal di bumi 'tampaknya' terbit dan tenggelam.

Keyakinan yang sesungguhnya adalah bila keyakinan tersebut berbuah menjadi suatu laku atau perbuatan yang bijaksana sehingga memberikan manfaat bagi orang banyak.

Sebagai contoh keyakinan:

Seorang murid atau siswa yang berada di suatu padepokan spiritual.

Sang murid hidak hanya mengikuti yang dikatakan seorang guru secara membabi buta, tetapi sudah melalui suatu proses pengujian. Untuk diketahui bahwa arti atau makna seorang 'guru' berarti ia yang mengusir kegelapan atau ketidaktahuan. Kita belajar di sekolah dengan seorang guru berarti ia yang membuka wawasan atau mengusir adanya kegelapan atau ketidaktahuan dalam hal baca dan tulis.

Bila untuk belajar baca, tulis, berjalan pun kita butuh penuntun, apalagi untuk menjalai kehidupan?

Seorang Guru spiritual semestinya memberikan penuntun yang menunjukkan jalan agar si murid bisa melakoni kehidupan sesuai dengan tuntunan atau panduan yang membuahkan kebaikan bagi sesama atau alam. Untuk itu, sang Guru harus memberikan contoh terlebih dahulu. Ia mengajar berlandaskan pengalaman hidup. Ini yang disebut seorang Guru Sejati. Ia yang mengajarkan bagaimana hidup yang sesungguhnya sebagai pelayan sesama makhluk hidup. 

Seorang Guru tidak mengajarkan berdasarkan pengetahuan pinjaman, tetapi atas landasan pengalaman hidupnya.

Yang dimaksudkan dengan pengetahuan pinjaman adalah: KIta baca buku, kemudian tanpa diuji atau dikaji langsung disampaikan. JUga bisa berlandaskan pengetahuan yang didapatkan dari mendengar cerita atau pengalaman seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun