Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sains dan Spiritual Tidak Bertentangan, Bahkan Saling Bersinergi

9 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 9 Februari 2024   06:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://wmap.gsfc.nasa.gov/

Sains dan spiritual tidak bertentangan, bahkan keduanya bisa saling bersinergi. Sains berurusan dengan kebendaan, sedangkan spiritual dengan evolusi kesadaran. Banyak orang belum memahami secara tepat sehingga menganggap bahwa sains bertentangan dengan spiritual.

Sains mempelajari sifat kebendaan, sedangkan spiritual mempelajari tentang diri sendiri, 'Siapa aku?' Sains bisa diajarkan, tetapi spiritual harus dialami sendiri. Mengetahui bahwa nasi itu membuat kenyang, tetapi bila tidak dimakan, tidak akan bisa membuat perut menjadi kenyang. Tidak seorang pun perutnya jadi kenyang hanya dengan mendengar orang bicara tentang nasi. Demikian pula spiritual. Meditasi adalah laku atau bisa dikatakan gaya hidup sehari-hari.

Sains berkaitan dengan benda atau materi. Atom yang dianggap materi terdiri dari hanya 4,6%, dark matter sebesar 24%, dan dark energy 71,4%. Bila nenrgi dan materi dianggap sama, karena hanya beda kepadatan, maka jumlah dark energy sebesar 95,4%. Dengan demikian yang kita kenal sebagai materi hanya sebesar 4,6%.

Dalam hal ini pikiran atau mind masih dianggap sebagai materi. Yang disebut atom adalah materi, walaupun sampai sekarang tiada satu orang pun yang bisa melihat atom. 

Mengapa pikiran dan perasaan disebut materi?

Oleh Sidarta Budha Gautama, pikiran/mind disebut sebagai dhatu atau materi. Karena ia masih bisa memberikan vibrasi atau getaran sehingga masih bisa disebut sebagai benda. 

Hal ini tidak mengherankan karena banyak orang juga masih menganggap bahwa materi dan energi berbeda. Padahal materi juga energi yang berbentuk lebih kasar. mari kita perhatikan gerakan atau putaran kipas. Saat kipas berputar sangat cepat, kita tidak bisa melihatnya lagi. Sedangkan bila putaran secara lambat, kita bisa melihatnya dengan jelas. Dengan demikian, energi dan materi hanya beda kepadatan. 

Bila kita belah terus materi sampai bentuk yang amat halus yang bahkan tak terlihat menjadi atom, maka belahan si materi yang semula beda bentuk akan menjadi tidak berbeda. Tubuh kita dibelah terus sampai mendekati atom, kemudian ada kayu juga kita belahsampoai jadi atom, keduanya tidak ada perbedaan.

Sumber sains dari alam semesta. Misalnya kita Misalnya: Pesawat terbang. Bukankah ide seseorang juga belajar dari bagaimana seekor burung bisa terbang? Kapal selam juga demikian. Banyak orang mengagumi pohon plastik. Bentuk awalnya juga karena keinginan agar bisa melihat bentuk pohon yang tanpa bisa membusuk.

Masih banyak orang mengatakan bahwa dasar sains adalah percobaan dan penelitian. Bukankah spiritual pun harus melalui penglihatan, pengujian, baru dilakoni?

Misalnya kita anggap tidak makan daging baik untuk tubuh. 

Kita bisa membuktikan bahwa susunan serta bentuk gigi manusia dan  binatang pemakan daging, seperti harimau, anjing, hiu dan lain sangat beda. Demikian panjang ususnya. Panjang usus pemakan daging lebih pendek dari manusia. Dengan panjang usus yang beda, bukankah sama saja kita menyimpan bangkai di usus kita?

Silakan teliti pengaruh sifat pemakan daging dan non, pastilah jauh lebih sabar mereka yang tidak makan daging. Nafsu libido pemakan kambing juga lebih tinggi. Inilah spiritualitas yang bisa dibuktikan secara sains atau ilmiah.

Dengan demikian, sesungguhnya keduanya saling bersinergi, tidak bertentangan..... 

Sumber gambar: https://www.youtube.com/
Sumber gambar: https://www.youtube.com/

https://wmap.gsfc.nasa.gov/

https://www.youtube.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun