Pikiran Positif Bukan Sifat Alam
Selama ini bila menghadiri seminar atau workshop tentang berpikir positif, para motivator terus meneruskan tentang pentingnya berpikir positif. Ternyata cara pandang tentang berpikir positif bisa mengatasi masalah adalah keliru besar.
Berpikir positif, selama ini dianggap sebagai mantra yang sangat hebat untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Apa pun masalah yang dihadapi senantiasa dianggap negatif, sehingga digunakan antidotnya: Berpikir Positf. Namun yang terjadi malahan sebaliknya: masalah semakin ruwet.
Karena pada saat kita menggunakan mantra berpikir positif, kita sedang menafikan tentang penderitaan yang kita hadapi. Kita lupa bahwa keberadaan dunia ini terjadi sebagai akibat adanya dualitas: postif dan negatif. Begitu kita abaikan salah satu, penyelesaian solusi akan hilang. Solusi bisa diperoleh bila kita memahami negativitas dari masalah, baru kemudian kita cari bagaimana mengatasinya.
So, kuncinya adalah bagaimana kita memahami akar masalah. Inilah yang disebut sebagai BERSIKAP POSITIF. Kita menerima masalah yang kita hadapi terlebih dahulu, temukan akar masalah, dan kita menemukan solusinya. Tanpa menerima segala sesuatu yang kita alami, misalnya suatu penyakit, kita sedang menafikan penyakit tersebut. Kita tidak sadar bahwa penafikani berarti suatu sikap negatif yang berakibat kita memiliki cara berpikir yang tertutup. Sehingga kita tidak berupaya untuk memahami akar masalah dari penyakit tersebut.Â
Dengan bersikap positif berarti kita bisa menerima bahwa kita sedang sakit. Kemudian kita akan menelusuri akar penyebab sakit kita. Penerimaan berarti keterbukaan pikiran untuk siap memperbaiki penyebab sakit kita. Misalnya, sakit kita bermula dari stres; berarti bahwa pola pikir kita ada yang tidak tepat. Solusinya : Ubah cara pandang atau pola pikir tersebut. Â Inilah penyelesaian masalah secara utuh.
Cara Pandang Berpikir Positif
Berpikir positif berarti kita meniadakan hal yang negatif. Mungkinkah di dunia ada?Â
Dengan berpikir positif terus, kita melawan hukum alam. Berpikir positif juga kita menutupi hal negatif. Â Bagaikan kita menyapu kotoran di lantai, kemudian kita membersihkan lantai kotor dengan cara menyimpan kotoran tersebut di bawah karpet. Memang tampaknya bersih, tetapi kita lupa bahwa sampah tetap ada. Sampah di bawah karpet adalah akar masalah yang harus diatasi. Karena kita tidak sadar bahwa ada bahaya tersimpan yang bisa meledak pada suatu ketika. Bagaikan api dalam sekam. Bahayanya inilah yang tidak disadari bagi para penganut paham berpikir positif.
Bersikap positif berarti kita menerima bunga Mawar seutuhnya. Mungkinkah kita suka bunga Mawar , tetapi menafikkan adanya duri pada pohon Mawar tersebut?
Kita lupa bahwa bunga Mawar menjadi indah karena pohon bunga Mawar ada dua hal: duri (negatif) dan bunga (positif). Tanpa adanya duri pada pohon bunga Mawar, ia tidak bisa disebut sebagai pohon Mawar. Kita mengakui adanya duri sebagai bagian negatif ;karena kita tidak suka (pikiran negatif). Ingatlah teman, dunia ini menjadi indah karena keberagaman. Bukan'kah ketika kita menonton drama dapat dipastikan ada peran jahat, ada peran buruk. Tanpa adanya seorang Fira'un, maka tidak ada nabi Musa. Tanpa merasa sakit, kita tidak bisa mensyukuri nikmat saat sehat.
Demikian juga bila kita ingin menggapai sesuatu juga harus bekerja keras. Tantangan dalam kehidupan ini menjadi daya dorong untuk menggapai kesuksesan. Tanpa hambatan tantangan, kesuksesan tidak akan dicapai. Hambatan dan tantangan bukanlah negativitas, namun bisa menjadi pemicu untuk mengatasi masalah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI