Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keterikatan Pada Masa Lalu

3 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 3 Februari 2024   06:58 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterikatan Masa Lalu : Gagal Move on Sebagai Bentuk Atau Bukti Keterikatan Pada Masa Lalu Sehingga Pikiran Sakit

Ingat masa lalu merasa bahagia? Ini sebagai bukti atau indikasi adanya keterikatan pada masa lalu.

Itu lah yang terjadi pada orang yang gila. Mereka selalu tersenyum ketika ingat masa lalu yang membuat mereka bahagia. Mereka hidup di masa lalu. Sepertinya kita mengalami penderitaan juga karena terikat masa lalu.Mereka sulit move on. Mereka lupa bahwa segala sesuatu berubah. Mereka begitu terpaku lupa bahwa perubahan adalah keabadian. Tiada satupun di alam ini yang tidak berubah.

Sulit beranjak dari kenyamanan. Bukan hanya pada orang kaya, namun juga pada orang miskin. Jika orang kaya pantas susah move on, karena kenyamanan duniawi memang memabukkan. Tetapi, orang miskin juga bisa mengalami hal yang sama. Mereka begitu menikmati kemalasannya dengan berbagai alasan. Kata mereka: 'Ini kan ujian dari Tuhan.' Benarkah??? Senantiasa mencari kambing hitam merupakan cara atau bentuk kemalasan diri.

Keterikatan Sumber Penderitaan

Tidaklah mungkin, Tuhan senantiasa ingin umat Nya bahagia dan menikmati kenyamanan bendawi, hanya pesan Nya: 'Jangan terikat karena dunia bukan lah habitat sesungguhnya sang Jiwa Mulia.' Boleh menikmati benda dunia, namun tidak terikat. Keterikatan inilah yang menciptakan kesengsaraan. Keterikatan berarti gagal move on.

Demikian juga dengan orang gila. Pikiran mereka terikat pada masa lalu. Namun bukan hanya orang gila, kita pun demikian. Misalnya pada kita yang selalu takut, sakit hati, irihati dan dengki. Sama-sama sakit pikiran, bukan sakit Jiwa individu. Jiwa individulah yang sakit. Istilah salah kaprah yang sudah terbiasa di masyarakat. Yang sakit adalah mind; gugusan pikiran dan perasaan. Bukan otak yang sebagai hardware.

Tuhan menggunakan tubuh manusia untuk memelihara ciptaan Nya. Alam dan hewan serta lingkungan. Inilah bentuk pelayanan dari Dia terhadap ciptaan Nya sendiri. Ia butuh untuk menghidupi diri Nya saat berada dalam tubuh manusia. Tanpa adanya tumbuhan, hewan, alam sebagi ruang tempat tinggal, tubuh manusia yang digunakan Tuhan untuk merasakan ciptaan Nya.

Namun juga tubuh kita yang mengalami kenyamanan, sehingga suatu ketika bila tubuh membuat orang lain sakit, maka ia pasti lahir untuk menerima balasannya. Bukan-kah dalam setiap kitab suci juga menyebutkan bahwa setiap tubuh bertanggung jawab atas perbuatannya?

Ada dan Tiada

Mungkin orang mengatakan bahwa jalan pikiran saya, aneh. Suatu hal yang waar dan bisa diterima, karena memang bila pola pikir melawan arus, maka dianggap gila. Kita lupa bahwa kebenaran memilki banyak sisi...

Misalnya saya mengatakan bahwa kita semua ada dalam pikiran Dia?

Tetapi coba direnungkan....

Adakah sesuatu di luar Dia? Tiada satu pun yang bisa eksis di luar Nya

Bisakah kita hidup di luar Dia? Sumber Hidup adalah Dia. Dengan kata lain kehidupan ini tilak ada di luar Dia.

Bayangkan kita dalam suatu ruangan, mungkinkah udara terpisah dari kita?

Tuhan lebih lembut dari udara. Dia sesuatu yang tidak dikenal, namun kita merasakan kehadiran Nya. Hanya Dia yang bisa merasakan diri Nya sendiri. Kasih adaah sifat utama Nya. Barang siapa yang hidup dalam Kasih Nya, ia merupakan alat bagi Dia untuk bermanifestasi.

Ahhhh.... Dia Ada sekaligus Tiada....

Saat 'ego' eksis, Dia tiada. Di kala 'ego' tiada, Dia ada. Mungkinkah kita berkata bahwa Dia hadir di saat 'ego' tiada? Tidak mungkin teman. Hanya 'ego' yang bisa mengatakan bahwa Dia hadir. Karena ada keterpisahan antara 'ego' dan Dia Sang maha Jiwa.

Bentuk Keterikatan Bukan Hanya Orang Kaya, Tetapi Juga Pada......

Orang kaya terikat pada kekayaannya....

Orang miskin terikat dengan kemalasan berarti berarti miskin ide sehingga selalu mencari kesalahan pada orang lain....

Orang sakit pikirannya terikat pada peristiwa masa lalu....

Orang cemas membayangkan sesuatu pada masa depan yang belum pasti terjadi.....

Inilah penyakit yang mesti kita waspadai.....

Dimanakah kita saat ini????

Kenyamanan Bukalah Kebahagiaan

Kenyamanan bukan lah kebahagiaan. Banyak orang menganggap bahwa bila kita mendcapatkan sesuatu, kita bahagia. Kebahagiaan terjadi di kala terwujud bila dan bila kita bisa berbagi sehingga orang lain bahagia....

Para orang suci atau wali atau nabi senantiasa mengingatkan bahwa keterikatan adalah penderitaan. Bebas dari kenyamanan badani membuat orang bahagia. Semakin terikat semakin menderita. Terikat bukan hanya benda tetapi terikat pada perbuatan baik yang pernah dilakukan membuat orang menderita.

Yang kita peroleh dari rasa ingin terhadap suatu benda bersifat sementara, hanyalah suatu kepuasan yang juga bersifat sementara. Bukan kebahagiaan

https://iniberita.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun