Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tenang Dulu Baru Sembahyang

29 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 29 Januari 2024   06:55 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: jombloku.com

Banyak orang bersembahyang untuk mendapatkan ketenangan. Sama sekali tidak mungkin. Karena sembahyang bermakna berbicara dengan Dia Hyang Pencipta. Pikiran kita kalut, bagaimana mungkin komunikasi terhadap Nya?

Dia Hyang Maha Hidup hanya bisa berkomunikasi dengan yang telah memiliki hati yang tenang. Karena sesungguhnya Dia hanya bisa dilihat oleh seseorang yang memiliki ketenangan pikiran. Ibaratnya, kita mau mendapatkan Spermata di dasar dana. Pikiran kita bagaikan air yang keruh sehingga tidak bisa melihat secara jernih kehadiran-Nya.

Pikiran keruh disebabkan masalah yang kita ciptakan sendiri : kekcewaan, kemarahan, irihati, serta lainnya keserakahan dunia. Akhirnya kita meminta sesuatu yang sebetulnya sama sekali tidak layak. Kita minta kaya?

Ya jelas tidak ada urusan dengan Dia. Bukan'kah semuanya sudah disediakan?

kaki, tangan, pikiran serta tubuh lengkap. Bila semuanya sehat, kita bisa berupaya. Dia bukan seperti kita 'tolol' atau bodoh. Dia Sang Maha Memberi sudah membekali cara dan daya untuk kita mendcapatkan materi untuk hidup. Jadi kita kita masih juga minta lagi, berarti kita menganggap Dia tidak bermurah hati, mengirimkan kita ke dunia tanna memberikan alat. Kita merendahkannya bila masih minta ini dan itu. Apalagi harta.......

Kita menganggap Nya sebagai kasir bank. KIta sangat merendahkan kebesaran-Nya. Kita sering berteriak mengagungkan nama-Nya, tetapi kita merendahkan Dia dengan menjadikan Dia sebagai pembantu untuk melayani kita memenuhi segala keinginan...

KIta sering lupa selalu mengatur Dia agar memperturutkan keinginan kita. Padahal, kita sendiri sering tidak sadar hal-hal yang kita inginkan. Belum tentu yang kita inginkan membuat diri kita baik........

Misalnya kita menginginkan kekayaan, dan bila dikabulkan diberikan harta yang berlimpah, kita melakukan hal yang tidak dikehendaki Oleh-Nya. Misalnya kita malahan menjauhinya dengan perbuatan yang membuat sengsara orang lain. Kita sering melihat para orang kaya atau artis banyak duit tetapi malahan bernarkoba dan maksiat lainnya. Tentunya tidak semua, tetapi kita sering melihat beritanya di layar kaca. Anaknya Rafael Aun berlimpah harta, malahan menganiaya orang. Ini contoh dari yang berdoa agar bisa melakukan tindakan kriminal dsb. 

Bila tenang pikiran kita, maka kita bisa melihat dengan jernih yang kita butuhkan. Bukankah tujuan kelahiran kita adalat evolusi kesadaran? Dengan memahami kebutuhan ini, kita mohon kepada Dia agar diberikan sesuatu yang bisa memuliakan diri kita.

Bila kita mau menyadari hal ini, maka   tidak lagi menginginkan sesuatu yang sifatnya sementara. Segala benda dunia bakalan tidak dibawa saat kematian, tetapi bekal bagaimana bisa berjalan di alam sana dengan jernih dibutuhkan pikiran dan wawasan yang jernih.

Bila pikiran dan perasaan kita begitu terikat dengan kebendaan dunia, mungkinkah kita tidak terbebani saat melakukan perjalanan di alam sana? Banyak yang jadi roh gentayangan karena pikirannya penuh keterikatan terhadap harta dunia. Saya yakin bila kita banyak ber hura-hura dengan materi, dapat dipastikan beban pikirannya begitu terbebani. Dengan beban sebanyak masalah dunia, mungkinkah kita menyatu dengan Dia? Jelas tidak mungkin. Pikiran kita dibatasi oleh bendawi dan nafsu keinginan, maka dapat dipastikan mesti kembali ke dunia. Ya pastilah ditolak agar menyelesaikan masalah di dunia tempat kita buat masalah. Tidak mungkin masalah di dunia bisa diselesaikan di akhirat.

Begitu juga dengan mereka yang matinee bunuh diri. Menurut pikirannya, masalah terselesaikan dengan sendirinya begitu tubuh meninggal. Tidak sadar juga hukum alam : 'SEBAB dan AKIBAT. Hukum yang tidak terbantahkan.....

https://www.jombloku.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun