Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ancaman Tersembunyi Mengapdosi Mentah-Mentah Gaya Hidup Asing

17 Januari 2024   06:38 Diperbarui: 17 Januari 2024   06:47 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.booksindonesia.com/

Kita begitu tergila-gila dengan gaya hidup orang Korea Selatan. Banyak orang yang sangat meng-idolakan bintang-bintang negara ginseng ini. Bahkan gaya berpakaian, jenis makanan pun digemari oleh para remaja. Tetapi pernahkah terpikirkan bahwa dengan meniru gaya hidup mereka, kita bisa ketularan? Segala sesuatu yang terjadi pada bangsa tersebut.

Sebagaimana dituliskan di artikel ini, 'Angka Bunuh Diri di Korea Selatan Termasuk Tertinggi di dunia.' ( Sumber : "Ahli Ungkap Alasan Angka Bunuh Diriu Korea Tertinggi di Dunia") : "Melansir dari Asia Times, data Statistik Korea menemukan bahwa rata-rata sebanyak 37,5 orang melakukan bunuh diri setiap harinya. Angka itu setara dengan satu kasus bunuh diri setiap 39 menit." Layak kah negara yang ternyata tingkat bunuh diri populasi tinggi kita idolakan?

Pola hidup serta gaya hidup yang salah dari suatu bangsa bisa mempengaruhi pola hidup kita. Semuanya merupakan permainan energi karena pikiran kita juga berupa energi. Ketika kita mengagumi kemudian meniru  baghkan mengadopsi mentah-mentah segala sesuatu yang mereka lakukan, sesungguhnya kita masuk di pola energi mereka. Pada saat kita meng-idolakan, seluruh pikiran kita menjadi terbuka untuk menerima segala hal yang terkait dengan cara hidup yang sebetulnya kurang cocok dengan kebiasaan bangsa kita. 

Para orang bijak mengingatkan : "Bila kita bermain di tambang batubara, dengan sendirinya kita menjadi kotor. Seberapa kuat pun upaya kita untuk membersihkan, baju kita tetap jadi kotor. Hal ini sangat kurang disadari. Kita hanya mengikuti tren yang belum tentu memberikan dampak yang baik pada kehidupan kita. Mengapa kita meng-idolakan bahkan mengadopsi gaya hidup para suci? Bukankah jelas pola pikir dan gaya hidup mereka selaras dengan alam?

Dengan meng-idolakan pada gaya hidup suatu bangsa, kita bisa tertular. Kita telah kehilangan jati diri. Kita melupakan pola hidup leluhur kita yang begitu menghargai lingkungan. Suatu bangsa kehilangan identitas dirinya bila dan bila budayanya tercerabut dari akarnya. Pada akhirnya kita tidak lagi bisa berdiri sebagai suatu bangsa yang memiliki keluhuran. Ingatlah teman, bahwa dulu bangsa leluhur kita dikenal sebagai ANIMISME yang bermakna menghargai alam. Hidup selaras dengan alam berarti kita harmoni dengan alam. Bukan menjadi budak kenyamanan duniawi. 

Bila kita mau mengamati jenis makanan yang mereka konsumsi, banyak yang tidak sehat dan sesuai dengan tubuh kita. Jenis makanan dan kebiasaan makan sangat dipengaruhi pola fikir. 

Mempelajari kebudayaan asing bukan berarti kita meniru persis segala sesuatu, tetapi ambil suatu nilai yang baik  untuk memperbaiki kekurangan kita. Bukan gaya berpakaian, jenis makanan atau kebiasaan pergaulan yang dapat dipastikan tidak sesuai dengan pola hidup atau kebiasaan hidup kita.

Mari kita berpaling ke pola hidup atau kebudayaan luhur bangsa sendiri. Janganlah belajar sejarah hanya tanggal kejadian saja, tetapi nilai-nilainya. Banyak petuah leluhur yang layak ditiru, misalnya URIP IKU URUP. Hiduplah saling meng-arifi. Saling mengingatkan bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi hiduplah sehingga bisa berbagi kehidupan dengan lainnya. 

Silakan baca buku di bawah ini untuk mengenal keluhuran bangsa kita. Selain itu, bila kita mau mempelajari sejarah Sriwijaya yang berkuasa selama ratusan tahun, kita bisa mengetahui kebesarannya serta keluhuran pemerintahannya......

https://www.booksindonesia.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun