Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadi Budak Ciptaan Sendiri

12 Januari 2024   09:26 Diperbarui: 12 Januari 2024   09:31 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kumparan.com/

Budak Materi/ Ciptaan Sendiri

Tanpa disadari sesungguhnya kita menjadi budak pada ciptaan sendiri. Coba saja renungkan, kita yang menciptakan mobil, rumah, handphone, dan lain-lain keperluan sehari-hari. Kemudian kita juga yang menyembahnya. Jika merenungkan sifat dan watak manusia, terutama diri sendiri, semakin menggelikan tingkah polahnya. 

Kita menjadi penyembah materi. Saya katakan menyembah, karena nafsu keinginannya yang luar biasa, ingin sok pamer, akhirnya mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Kita lupa akan kesejatian Diri atau keilahian diri sendiri.

Jadilah ia budak dari benda-benda yang diciptakannya. Sering sekali kita lihat bahwa barang-barang yang dibeli hanya digunakan sebentar, kemudian numpuk menyampah di rumahnya. Tanpa sadar bahwa akibat sayang membuang sampah berarti kita memiliki keterikatan pada benda. Inilah bentuk keserakahan diri karena sangat sayang untuk membuangnya atau memberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan berarti kita memberikan beban sampah pada pikiran. Ini penyebab kita sulit mati, keterikatan pada benda membuat kita mati sengsara serta penuh penderitaan.

Dari pengalaman hidup ini kita sesungguhnya bisa belajar banyak. Tapi penyakit manusia, pelupa. untuk menggapai keinginan kita, yaitu memperoleh uang sebanyak-banyaknya demi mengumbar keinginannya sehingga kadang atau sering kita mengorbankan kepentingan orang lain. Selain itu kesehatan kita pasti terganggu. Tampaknya sehat fistik, tetapi tidak mentalnya. Karena yang bukan haknya pun dirampas. Istilahnya: 'punyaku ya milikku. Milikmu juga milikku'. Benar-benar diperbudak duniawi demi kenyamanan badan. Lupa bahwa jati diri sesungguhnya.

Aku bukanlah badan. Aku menggunakan badanku. Berarti aku bukan badan.

Aku menggunakan pikiranku. Berarti aku bukan pikiran

Aku menggunakan emosi ku. Beararti akau bukan emosi.

Lantas, SIAPA AKU????

Ketika kita mati, bukanlah tubuh fisik yang hancher, tetapi pikiran dan perasaan tetap ada. Inilah yang disebut ROH. Badan boleh hancur dimakan cacing, tapi ROH tidak bakalan mati. Bila mati dalam kesadaran tidak sadar berarti kita belum rela mati, maka jadilah roh gentayangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun