Ketika ditanya namanya oleh wali kelas, ia menjawab: "Jangan John, nama saya Jangan John, Bu Guru."
"Jangan John? Kok bisa Jangan John? Kenapa bukan John saja? Siapa yang memberi nama itu?" Tanya Ibu Guru.
Dan, John, si kecil pun menjawab, "Setiap mau melakukan sesuatu, ibu selalu bilang, Jangan John, Jangan John.... Itulah namaku, Bu Guru...Jangan John. Asli Bu....."
Setelah 20-an tahun, si Jangan John masih ingat kenangan masa kecil: "Masak tersisa setengan sendok nasi atau lauk di piring pun diomeli, 'Jangan John, janganlah menyia-nyiakan makanan. Ingat banyak anak-anak miskin yang mesti menahan rasa lapar. Lain kali ambil secukupnya saja, don't waste.'
"Lupa mematikan lampu di kamar diomeli lagi: 'Listrik itu energi, kekuatan, masih banyak orang yang belum bisa menikmati listrik. Mereka masih menggunakan lampu minyak tanah, lilin, pelita. Sebelum keluar dari kamar, pastikan lampu sudah di switch off, don't waste, John.'
Singkat cerita, segala hal yang berkaitan menyia-nyiakan energi atau air atau pun makanan selalu diingatkan pada si Jangan John...
Ia baru menyadari manfaat disiplin dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti job interview di salah satu perusahaan multinasional.
Berada dalam elevator menuju lantai 18 tempat wawancara akan diadakan, ia melihat noda-noda bekas jari dan tangan di cermin. Maka, ia mengeluarkan tisu dari kantongnya dan membersihkan cermin itu.
Pencahayaan alami di lantai 18 mengingatkan dia pada ibunya: 'Don't waste energy, ibu pasti senang melihat gedung ini, penggunaan listriknya sangat minim.
Saat melintasi lorong panjang menuju ruang interview, dia melihat sebuah lampu yang masih menyala, padahal tidak dibutuhkan. Maka, ia menemukan tombolnya, dan mematikan lampu itu.
Berada di Ruang Tunggu, seorang petugas menawarkan minuman, "Kopi, teh, atau minuman lain, Pak..." Ia mengucapkan terima kasih dan mengambil sendiri air putih dari dispencer.