Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jadi Manusia Seutuhnya, Pemberdayaan Diri

9 Januari 2024   10:03 Diperbarui: 9 Januari 2024   10:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia biasa

Selama ini kita sering amnganggap rendah diri kita sendiri. Padahal sudah banyak pesan keramat atau suci para leluhur kita yang telah menyadari bahwa sesungguhnya, kita tilak bd dengan sumbernya, Tuhan. Banyak konspirasi disebarluaskan agar kita tidak menyadari jati diri kita.

Manusia biasa hidup dalam dunia atau alam persepsi. Selama ini yang kita kenal sebagai manusia adalah dualitas. Hitam-putih; benar-salah; sedih-suka; siang-malam' dan lainnya. Pikiran kita hanya tahu dualitas. Dengan pola pikir oini, kita menjadi budak pikiran kita, Inilah yang dianggap setan. Hidup dalam alam ilusi pikiran yang diciptakan oleh lingkungan yang titan sadar. Kita belum belajar sesuatu yang sesungguhnya ada, caranya? Melampaui pikiran...

Selama kita berada di ranah pikiran, kita masih berada di dunia penderitaan. Selama kita tilak bisa melampaui pikiran, kita masie diperbudak setan yang dalam wujud nyatanya adalah pikiran kita sendiri. Kita anggap bahwa ketika kita mengalami sesuatu yang merugikan kita adalat cobaan Tuhan. Memang Tuhan kurang pekerjaan sehingga mencobai kita? Kita lupa bahwa penderitaan adalat ciptaan kita sendiri.

Penyebab penderitaan adalah tidak tercapainya keinginan. Kita memiliki keinginan terhadap suatu benda, dan ketika keinginan itu terpenuhi, kita senang. Bahkan ada yang mengatakan itulah rasa bahagia. Adalah suatu persepsi salah bila rasa senang sesaat karena terpenuhinya keinganan sebaga rasa bahagaia. Itu bukan lah rasa bahagia. Itu hanyalah kelegaan karena terpenuhinya keinginan.

Seseorang bahagia bisa tanpa sebab. Ada suatu daya dari dalam diri yang tanpa kita kuasa membendungnya yang membuat bibir kita tersenyum. Rasa bahagia bisa terjadi tanpa alasan. Saya percaya bahwa banyak orang telah mengalaminya. rasa bahagia sudah ada dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu, tyda perlu mencari. Resepnya gampang; JADILAH BAHAGIA. Masalahnya karena kita tahu akan hal tersebut.

Dan bila keinginan tidak terpenuhi, kita bisa nangis 'bombai'. Kita begitu menderita. Bahkan seakan tidak ada orang lain se-menderita diri kita. Walaupun telah ditunjukkan bahwa banyak orang jauh lebih menderita dari kita, tetapi ego ingin diperhatikan mendorongnya untuk tidak melihat suatu keadaan secara utuh. Kita begitu terperangkap oleh ego minta diperhatikan. Penderitaan terjadi karena kita anggap bahwa hanya kita sendiri yang medalami penderitaan. Lupa bahwa banyak orang lebih menderita. Inilah ketololahn kita sendiri.

Jadi Tuhan?

Tuhan ada karena persepsi kita. Kita tidak tahu seperti apakah Tuhan. Bila kita tahu Tentang TUhan berarti kita sejajar dengan Dia. Barat bila da yang tanya, 'Kau tahu kursi seperti apa?' Ya pasti bisa dijawab; 'Tahu...' Karena kita da kursi terpisah, maakanya bisa melihat bentuk kursi. So, bagaimana mungkin tahu Tuhan bila kita di dalamNya? Selama ini, kita hanya ikut-ikutan mengatakan bahwa Tuhan ada. Kita latah untuk mengikuti kata orang. Bukan karena pengalaman kita. Silakan dibuktikan.... Bahkan lebih parah lagi, banyak orang menggunakan atau meng-atasnamakan nama Tuhan untuk menzalimi orang lain. Seakan kita yang paling dipercaya oleh Tuhan. Tanpa disadari kita mengangkat diri sebagai agen Tuhan. Pola pikir yang SOK PINTAR...

Melampaui jadi agen Tuhan berarti jadi Tuhan.

Inilah resep jadi Tuhan:

Kita sering menyebutkan Tuhan maha pemaaf. Jadilah maha pemaaf bila ingin jadi Tuhan. Tuhan maha kasih, jadilah seorang manusia yang senantiasa berbagai kasih terhadap siapa saja tanpa melihat golongan, suku, keyakinan/kepercayaan. Selama kita belum bisa melampaui ranah pikiran atau mind yang memiliki persepsi, kita tidak mungkin jadi Tuhan. Kembangkan sifat Keilahian Diri dengan menerapkan sifat-Nya. Inilah cara melampaui pikiran yang selama ini kita jadikan majikan kita..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun