Melakukan perbuatan atas dasar demi kebaikan orang lain berarti pula kita sudah memiliki prinsip: 'Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.Â
Pertimbangkanlah bila kita menerima suatu berita tentang suatu yang buruk. Bila kita masih suka, berarti kita belum sehat mentalnya. Yang kita bisa perbuat adalah melakukannya pembersihan kotoran daam diri kita. Tidak perlu menuduh atau mencela orang lain. Bila kita masih suka mencela, berarti itu pula keburukan yang ada dalam diri kita.Â
Suka memberikan komentarz atau 'like' pada berita yang buruk atau merugikan orang lain (orang yang diberitakan), berarti kita sedana mengalami gangguan sakit mental.
Lantas bagaimana kita menghindari orang seperti (suka menyebarkan hal buruk) ini?
Tidak perlu mencela, karena dengan mencela berarti kita juga memiliki keburukan yang sama dengan orang tersebut. Â Cukup uzcapkan 'Hi and by'Â
Bila kita belum bisa berenang, janganlah berupaya membantu orang lain. Bila tetap melakukan, maka kita pun akan mati tenggelam.
Memang ada orang yang memiliki peran seperti itu di dunia. Mereka memang diberi tugas memerankannya. Bagaimana mungkin kita bisa memilih peran dari Sang Sutradara Agung?
Ingatlan selalu bahwa kita sebagai manusia telah dibekali Neocortex. Jenis otak yang hanya dimiliki oleh MANUSIA. Bila kita tidak mau menggunakan untuk melakukannya pertimbangan, maka kita belum jadi manusia.Â
Hanyalah bila kita sudah menjadi MANUSIA yang menggunakan alat Neocortex untuk menimbang perbuatan tepat dan tidak tepat. Tepat berarti baik atau bermanfaat bagi sesama, sedangkan tidak tepat berarti merusak atau merugikan orang lain.
Pilihan di tangan kita: "Mau jadi manusia mulia atau tidak" BukanTuhan yang menetukan, karena Dia sudah membekali kita satu jenis otak yang tidak dimiliki mamalia dan reptil.
https://umsu.ac.id/berita/gangguan-jiwa