Dalam dunia pangan, istilah "pangan fungsional" tentunya tidak asing lagi di dengar. Bahkan aku, seorang mahasiswa yang mengenyam pendidikan di bidang teknologi pangan, membahas terminasi ini dalam sebuah mata kuliah senilai 3 SKS. Begitu hype-nya istilah Pangan Fungsional, sehingga kami perlu mendalami ilmu seputar ini.
Sebagai informasi awal, terutama bagi Anda yang tidak mendalami dunia pangan, istilah "pangan fungsional" memiliki makna sebagai produk pangan yang apabila dikonsumsi, tidak hanya bertindak sebagai pemenuh nutrisi tubuh, namun juga memiliki dampak positif terhadap kesehatan.Â
Dampak positif tersebut dapat berupa penurunan resiko terkena penyakit tertentu, hingga manfaatnya dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem fisiologis tubuh.
Sebagai seorang mahasiswa yang aktivitas hariannya bervariasi, aku seringkali menemukan permasalahan kesehatan yang tentu saja juga umum diderita banyak orang.Â
Secara awam, kita menyebutnya dengan istilah "masuk angin", meskipun secara medis istilah masuk angin tidak ditetapkan secara sepesifik, karena masuk angin itu sendiri merupakan istilah yang disematkan kepada seseorang yang mengalami gejala seperti perut yang terasa kembung, sering sendawa, hingga lebih parah lagi diikuti mual dan muntah.Â
Aktivitas harian yang padat seringkali membuat jadwal makanku tidak teratur, fisik menjadi cepat lelah, kurang waktu istirahat, hingga menimbulkan stres pikiran.Â
Ditambah lagi aku yang saat ini tinggal di "kota hujan", sering mengalami insiden kehujanan, dilanjutkan dengan kuliah di ruang ber-AC, membuat sistem imunitas tubuh semakin tertantang dan siap siaga. Kalau tidak cukup kuat, ketika itulah "masuk angin" mulai menyerang.
Pada suatu masa ketika dalam mata kuliah Pangan Fungsional, kami belajar bagaimana tanaman herbal dan rempah-rempah memiliki kandungan aktif yang apabila dikonsumsi tubuh, akan berdampak positif terhadap kesehatan. Contohnya jahe (ginger), yang memiliki kandungan aktif gingerol dan shigaol yang memiliki peran sebagai zat antioksidan, antikarsinogenik hingga antiinflamasi.Â
Selain itu, sensasi hangat yang ditimbulkan oleh senyawa aktif jahe tersebut membuat pemanfaatan rempah jahe sebagai bahan dalam berbagai produk pangan mulai meningkat tajam, terutama pada produk pangan modern yang ditujukan untuk konsumsi pada saat tertentu (re: misalnya produk yang dicari saat cuaca dingin).Â
Selain jahe, tentu saja banyak jenis komoditas herbal dan rempah lainnya yang banyak dimanfaatkan. Maka jangan kaget, sebenarnya orang-orang pada masa lampau juga telah memahami betapa besarnya kasiat herbal dan rempah bagi kesehatan, sehingga jamu, salah satu minuman tradisional budaya Indonesia, berjaya dari zaman lampau hingga sekarang.
Kembali lagi kepada permasalahan yang kuhadapi, yaitu sering terkena "masuk angin". Sebenarnya aku tahu, ada banyak produk yang "katanya" berkhasiat untuk menghilangkan masuk angin tersebut.Â
Sikap skeptisku sebagai seorang penuntut ilmu, selalu muncul apabila terkait dengan pemilihan produk, apalagi produk yang membubuhkan embel-embel "berkhasiat" dan berbagai klaim lainnya. Karena suatu produk pangan yang diedarkan, mesti mengikuti persyaratan label dan iklan pangan yang terdapat dalam peraturan kepala Badan POM.Â
Kucoba membeli berbagai jenis produk anti-masuk angin yang ada di minimarket ketika itu. Secara sensori, baik rasa, aroma dan sensasi olfaktori yang dihasilkan, satu sama lain sangat berbeda. Karena memang, dari komposisi-nya pun berbeda.Â
Namun tak dapat kupungkiri, pilihanku jatuh kepada Tolak Angin Sidomuncul (mungkin juga dipengaruhi oleh fakta bahwa Tolak Angin Sidomuncul merupakan trendsetter dari berbagai produk anti-masuk angin lainnya).
Tolak Angin Sidomuncul mempunyai sejarah-nya sendiri, yang bahkan dari mulanya berbentuk jamu godokan, jamu serbuk hingga produk minuman jamu yang siap konsumsi saat ini, tetap memiliki formulasi campuran bahan yang sama.Â
Kredibilitas, sebagai satu tolak ukur kepercayaan, sudah dimiliki oleh Tolak Angin Sidomuncul dari dulu hingga sekarang. Selain itu, klaim OHT (Obat Herbal Terstandar) yang telah diperoleh Tolak Angin dari BPOM, menjadi salah satu bukti bahwa produk ini memang layak dan telah teruji untuk dapat dikatakan sebagai produk anti-masuk angin.
Namun dalam pemahamanku, Tolak Angin Sidomuncul memiliki istilah yang lebih baik daripada hanya sekedar obat untuk masuk angin. Sejauh aku bisa mengkaji dan memberikan pendapat, berbagai bahan rempah dan herbal yang menjadi bahan produk tersebut, antara lain jahe, daun mint, adas, daun cengkeh dan madu, masing-masing dari bahan tersebut memiliki kandungan bioaktif yang baik bagi kesehatan.Â
Menurutku, Tolak Angin merupakan suatu breakthrough dari sebuah produk siap konsumsi yang besar manfaatnya bagi tubuh. Dalam kata lain, satu sachet Tolak Angin Sidomuncul, akan baik apabila dikonsumsi setiap hari untuk memperoleh dampak positifnya bagi kesehatan tubuh kita.
Aku punya cara tersendiri dalam mengonsumsi produk Tolak Angin Sidomuncul. Favoritku yaitu minuman Tolak Angin yang dibuat dengan cara mencampur satu gelas air hangat (150 mL) dan satu sachet Tolak Angin 15 mL.Â
Ditambah dengan satu sendok madu, maka terhidanglah minuman fungsional yang sekarang tidak hanya ku konsumsi saat terkena "masuk angin", namun juga kapanpun ku inginkan.Â
Karena kandungan komponen bioaktif yang terdapat dalam setiap bahannya, merupakan kombinasi yang luar biasa dalam menjadikan Tolak Angin Sidomuncul sebagai pangan fungsional dengan manfaat menjaga kesehatan tubuh dan atau mengurangi resiko terkena penyakit tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H