Benarkah mi instan menjadi sumber rusaknya organ pencernaan?
Pada tahun 2009 yang lalu, Indonesia sempat digemparkan oleh berita seorang anak asal Garut, Jawa Barat, yang harus menjalani dua kali operasi akibat usus yang lengket dan bocor. Menurut penuturan dokter yang menanganinya, hal ini terjadi akibat efek buruk dari konsumsi makanan anak yang salah.Â
Ibu si anak langsung menyimpulkan bahwa hal itu terjadi akibat anaknya kerap mengonsumsi mi instan. Cerita ini sempat tersebar luas di kalangan masyarakat dan menyebabkan keresahan. Bukan hanya sekali terdengar, namun berita terkait mi instan dan kasus kerusakan organ pencernaan seringkali muncul dan membuat masyarakat bertanya-tanya.
Jika memang se-berbahaya itu, mengapa mi instan masih diperbolehkan dijual secara komersial?
Masyarakat Indonesia, tak dipungkiri masih banyak yang mengkambing-hitamkan mi instan sebagi sumber terjadinya gejala kesehatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan organ pencernaan. Meskipun begitu, faktanya di Indonesia produk ini masih sangat digemari dan dikonsumsi berbagai kalangan. Mi instan menjadi populer karena dijual dengan harga miring dan sangat mudah disajikan serta memiliki rasa yang lezat.Â
Hasil survei menyatakan masyarakat Indonesia merupakan konsumen mi instan terbesar kedua di dunia setelah Cina. Konsumsi mi instan di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 16 miliar pertahun atau dapat dikatakan setiap orang rata-rata mengonsumsi 62 bungkus mi instan setiap tahunnya dan didominasi oleh masyarakat berusia 18-29 tahun, tak heran apabila masyarakat sering mengubungkan mahasiswa (berusia 18-22 tahun) dengan produk lezat yang satu ini.
Bagaimana dengan kandungan yang ada di dalam mi instan?
Mi instan merupakan produk pangan yang diolah dari tepung, air, minyak nabati, serta berbagai bahan tambahan pangan yang telah dinyatakan aman oleh BPOM. Normalnya, sangat tidak relevan adanya pernyataan bahwa konsumsi mi instan secara lazim dapat menyebabkan kebocoran usus maupun kerusakan organ pencernaan lainnya.
Pernyataan bahwa konsumsi mi instan dapat menyebabkan kebocoran usus menurut dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dari Fakultas Kedoketeran Universitas Indonesia, merupakan isu yang tidak berdasar. Faktanya, kebocoran dan pelekatan dinding usus dapat disebabkan oleh peradangan, infeksi bakteri, atau malformasi bentuk usus. Tidak dapat dipungkiri bahwa hulu dari permasalahan tersebut salah satunya adalah makanan, tetapi tidak dapat disimpulkan bahwa penyebabnya murninya yaitu dari kebiasaan mengonsumsi mi instan (tidak berhubungan secara langsung).
Selain permasalahan di atas, kandungan MSG yang dikatakan tinggi dalam mi instan sering diperdebatkan. Sesungguhnya apabila ditelaah lebih lanjut, hampir semua produk pangan mengandung  komponen ini, meski jumlahnya berbeda-beda. Perlu diingat bahwa produk ini telah dinyatakan aman dan sesuai standar, sehingga aman dikonsumsi. Hal yang perlu diperhatikan adalah konsumsinya yang perlu dibatasi, mengingat batas aman konsumsi MSG di Indonesia sebesar 0.6gr/hari.
Pernyataan bahwa mengonsumsi mi instan dapat menyebabkan kerusakan usus terbukti tidak berkaitan, meski demikian perlu diperhatikan bahwa konsumsi mi instan harus ditinjau kembali. Masyarakat sering menyalahartikan penggunaan produk ini sebagai makanan pengganti nasi dan lauk. Hal ini tentunya tidak seharusnya dilakukan, karena jelas bahwa produk ini jauh dari sempurna kandungan gizinya.Â
Mi instan merupakan sumber karbohidrat tetapi rendah kandungan gizi lain dan bukan merupakan makanan pokok, sehingga sangat tidak tepat apabila hanya mengonsumsi mi instan tanpa mengonsumsi sumber gizi lain. Tetap, konsumsi makanan yang beragam merupakan anjuran terbaik dalam hal pemenuhan gizi harian. Konsumsilah mi instan sewajarnya, dan jangan berprasangka buruk lagi terhadap mi instan, ya.
Ditulis oleh:
Abigail Bethrose Sembiring
Divisi Kajian Strategis dan Aksi
HMPPI IPB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H