Sekarang ini sedang marak pemberitaan di media sosial tentang beredarnya "telur palsu" yang mengandung bahan kimia (berasal dari jenis karet dan plastik) yang berbahaya bagi kesehatan. Beredarnya kasus tersebut dikarenakan viralnya sebuah video seorang warga yang sedang memberikan penjelasan tentang telur yang dianggapnya palsu tersebut.
Hal lain turut dikaitkan, bahwa skandal telur palsu telah ada sejak lama dan produksi nya diinisiasi oleh negeri Tiongkok. Lantas, benarkah isu telur palsu yang beredar di Indonesia tersebut?
Yuk baca dua hal penting berikut!
1. Belum ada teknologi yang dapat membuat telur palsu.
Telur merupakan pangan alami yang berasal dari unggas, strukturnya sangat kompleks dan memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik terutama protein, sehingga sering disebut sebagai pangan sumber protein yang paling murah.Â
Jikalaupun isu telur palsu itu benar adanya, pasti harganya akan sangat mahal, karena mampu menciptakan telur yang tekstur, komponen gizi  hingga aroma yang sama. Logikanya, tidak akan bisa, bukan? Meskipun ada beberapa eksperimen iseng untuk meniru putih telur menggunakan beberapa bahan kimia seperti yang disebutkan Vivian Liang dari Universitas Sun Yat-Sen, namun yang dihasilkan sama sekali tidak terlihat seperti putih telur yang natural, justru hanya seperti jelly, dan sama sekali tidak berbau telur. Jadi sekali lagi, belum ada teknologi yang dapat membuat telur palsu, apalagi telur tersebut utuh (terdapat cangkang, putih dan kuning telur).
2. Temuan warga atas telur yang tidak biasa tersebut semata bukanlah karena telur "palsu" melainkan kualitas telur yang sudah tidak baik.
Dalam video yang sedang viral  tersebut terdengar ujaran bahwa "kondisi telur yang baik itu putih dan kuningnya terpisah dan kuning telurnya harus hancur tidak menggumpal seperti ini". Fakta ilmiahnya, kondisi putih dan kuning telur sangat dipengaruhi oleh umur telur tersebut.Â
Telur yang baru memang memiliki karakter kuning telur yang tidak mudah hancur, berbeda dengan telur lama yang kuning telurnya lebih lembek. Itu mengapa, telur hanya boleh disimpan paling lama hingga 4 minggu. Lebih dari itu, mutu telur tidak akan bagus lagi untuk dikonsumsi. Ditemukannya telur-telur dengan ciri tidak normal seperti kuningnya yang lembek, putih telur terlalu cair, atau tidak lengket di tangan kemungkinan karena faktor alam. Biasanya telur itu sudah terlalu lama. Atau ayamnya sakit sehingga memengaruhi telur.
Beredarnya isu hoax ini sangat berdampak buruk lho, bagi masyarakat kita. Banyak masyarakat menjadi khawatir, sehingga menghindari konsumsi telur. Padahal, telur itu sangat banyak manfaatnya bagi kebutuhan gizi kita.
Yuk lebih kritis lagi terhadap isu yang beredar dimasyarakat, serta sedapatnya jangan ikut menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya, ya :)