Mohon tunggu...
Divisi Riset RKIM UB
Divisi Riset RKIM UB Mohon Tunggu... Lainnya - Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Brawijaya

Divisi Riset RKIM UB Merupakan divisi yang bergerak di bidang riset yang dinaungi oleh UKM Riset dan Karya Ilmiah Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Woebot: Pionir AI dalam Terapi Kesehatan Mental

1 Agustus 2024   11:37 Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penulis : Muhammad Aulia Rahman, Ricky Aulia

Universitas Brawijaya

Akhir-akhir ini, kesehatan mental telah menjadi topik yang banyak dibicarakan dan mendapatkan perhatian luas dari berbagai kalangan. Mengutip dari laman website Halodoc, Kesehatan mental merupakan kondisi yang berkaitan dengan kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Ini mencakup bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku, serta bagaimana mereka menghadapi stres, berinteraksi dengan orang lain, dan membuat keputusan. Kesehatan mental juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menyadari potensi diri, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada komunitas. Kesehatan mental yang baik memungkinkan seseorang untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, gangguan kesehatan mental dapat mengganggu suasana hati, kemampuan berpikir, dan kendali emosi, yang dapat mengarah pada perilaku yang merugikan (Kemenkes, 2024)

Salah satu dampak paling serius dari gangguan kesehatan mental adalah peningkatan resiko perilaku bunuh diri, menurut laman website National Library of Medicine menjelaskan bahwa sebagian besar terjadinya kasus bunuh diri disebabkan oleh gangguan kesehatan mental maupun gangguan jiwa. Setiap tahun lebih dari 700.000 orang melakukan aksi bunuh diri (WHO, 2023). Salah satu kasus percobaan bunuh diri yang diakibatkan kesehatan mental di indonesia yaitu kasus percobaan bunuh diri berinisial IN. Menurut laman website LIPUTAN 6, menjelaskan bahwa IN menghadapi berbagai masalah pribadi yang berat, termasuk stres akibat tuntutan akademik, tekanan dari lingkungan sosial, dan masalah keluarga yang rumit. Semua faktor ini berkontribusi pada memburuknya kondisi mentalnya, yang akhirnya mendorongnya untuk mencoba mengakhiri hidupnya.

Saat ini berbagai layanan bantuan psikologis telah banyak beredar, baik pelayanan secara langsung maupun menggunakan perangkat jarak jauh. Beragam akses kesehatan mental yang memiliki beragam target penanganan permasalahan spesifik dan tarif jasa menyediakan opsi bagi masyarakat untuk dapat menjangkau layanan bantuan yang tersedia. Upaya peningkatan kesehatan mental juga harus didukung oleh kemauan masyarakat untuk dapat berubah ke arah yang lebih positif. Hubungan saling timbal balik yang positif antara klien dan tenaga kesehatan mampu menciptakan ketahanan mental yang baik dan bertahan dalam waktu yang panjang.

            Kualitas penawaran layanan kesehatan mental yang besar tidak serta merta menjadi solusi bagi setiap permasalahan yang dialami seluruh individu. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masing-masing individu memiliki latar belakang masalah yang berbeda seperti mengalami kecemasan untuk berinteraksi dengan orang lain, pengalaman traumatik, fobia terhadap orang, dan berbagai motif lainnya yang menghambat keberhasilan intervensi (Hatta, 2016). Menurut Alison Darcy, seorang peneliti psikologi dan teknologi berkebangsaan Amerika, berpendapat bahwa estimasi proses registrasi dan waktu tunggu yang memakan waktu juga turut menjadi salah satu kelemahan penanganan yang dilakukan. Kendala teknis seperti ini tidak jarang menjadi hambatan bagi seseorang untuk mendapatkan bantuan secara cepat dan tepat mengingat kondisi kegawatdaruratan mental masyarakat yang dapat terjadi tanpa mengenal waktu dan tempat.

        Menjawab tantangan dan permintaan yang semakin tinggi, para pakar melakukan pengembangan solusi alternatif yang dapat memberikan bantuan secara instan di saat-saat krusial. Penggunaan teknologi termutakhir dimanfaatkan untuk dapat memformulasikan sebuah media untuk mengatasi permasalahan yakni kualitas pelayanan kesehatan mental. Ahli psikologi, ahli kesehatan, dan insinyur berkolaborasi untuk mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang berperan sebagai garda pratama dalam upaya meredakan gejala stres. Media yang digunakan dikenal dengan "chatbot" yaitu sebuah aplikasi kecerdasan buatan balas pesan yang menyediakan informasi untuk menanggulangi berbagai keluhan klien. Sebuah studi menyatakan bahwa berkomunikasi dengan chatbot selama 25 menit mampu meningkatkan mood penggunanya (Dosovitsky et al 2019).

         Salah satu platform yang menyediakan fitur chatbot adalah "Woebot", suatu aplikasi pada telepon pintar yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh terapi perilaku kognitif melalui media kecerdasan buatan yang efisien dan fleksibel. Platform ini berasal dari Amerika Serikat dan didirikan pada tahun 2017. Woebot telah melewati tahun demi tahun dengan terus melakukan evaluasi dan inovasi untuk meningkatkan kualitas layanan yang sesuai harapan perusahaan dan para pengguna. Konten yang dimiliki platform Woebot terbilang variatif. Tidak hanya memberikan bantuan intervensi terapi perilaku kognitif, akan tetapi bentuk perlakuan lainnya seperti psikoterapi interpersonal dan terapi perilaku dialek. Konten lainnya yang dapat membantu para pengguna dihadirkan guna membantu dalam proses menyalurkan dan mengenali gejala stres. Melalui interaksi dengan Woebot, pengguna dapat menelusuri rekam emosi yang dirasakan pada suatu waktu, menulis jurnal, mempelajari teknik mengelola emosi serta melatih kesadaran penuh (mindfulness) (Durden et al 2023). Beberapa Fitur Utama Woebot meliputi:

Efektivitas Woebot dalam menangani permasalahan kesehatan mental dan meredakan stres telah banyak dibuktikan dalam sejumlah penelitian integratif ilmu kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa Woebot, sebagai agen percakapan otomatis, dapat memberikan terapi perilaku kognitif kepada individu dengan gejala depresi dan kecemasan. Selama pandemi COVID-19, penggunaan Woebot meningkat, dan responden melaporkan bahwa 75,6% mengalami perbaikan dalam setidaknya satu aspek kesehatan mental mereka. Ini menunjukkan potensi Woebot dalam memberikan dukungan mental yang diperlukan di saat-saat krisis (Hisan, U. K., & Amri, M. M., 2022)

Sebuah kajian sistematis tentang aplikasi berbasis mindfulness menunjukkan bahwa intervensi melalui layanan konseling berbasis AI dapat secara signifikan mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan pengguna. Penelitian ini mencakup penggunaan aplikasi yang serupa dengan Woebot, di mana meditasi terpandu melalui smartphone terbukti efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup (Saripah, E., & Handiyani, H., 2019).

Meskipun ada bukti awal yang mendukung efektivitas Woebot dan aplikasi serupa, beberapa studi menyatakan perlunya evaluasi lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya dampak jangka panjang dan efektivitas spesifik dari aplikasi ini dalam konteks budaya yang berbeda, termasuk di Indonesia. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan data yang lebih komprehensif mengenai efektivitas aplikasi ini dalam mengatasi masalah kesehatan mental di berbagai populasi.

Penggunaan teknologi seperti Woebot menunjukkan potensi besar dalam membantu menangani masalah kesehatan mental. Dengan kemampuan memberikan terapi perilaku kognitif melalui interaksi yang intuitif dan mudah diakses, Woebot mampu memberikan dukungan mental yang diperlukan di saat-saat krusial. Penelitian telah menunjukkan efektivitasnya dalam meredakan gejala stres dan meningkatkan kesejahteraan pengguna, khususnya selama masa-masa sulit seperti pandemi COVID-19. Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak jangka panjang dan adaptabilitas aplikasi ini dalam konteks budaya yang berbeda. Dengan dukungan yang tepat dan penggunaan teknologi yang cerdas, diharapkan dapat tercipta solusi yang lebih efektif dan inklusif untuk mengatasi tantangan kesehatan mental di masa depan.

Daftar Pustaka

60 Minutes 2024, AI-powered mental health chatbot developed as therapy support tool | 60 Minutes, 8 April, dilihat 19 Juli 2024, (https://youtu.be/j8BiIZIZBsU?si=gW47zYnq9fFOUd7q)

Ade Fadly H Masse, "Evaluasi Layanan Kesehatan Mental di Indonesia : Mewujudkan Keadilan untuk Semua", dilihat 23 Juli 2024, https://puskesmas.tangerangkota.go.id/upt/cikokol/berita/artikel-kesehatan-evaluasi-layanan-kesehatan-mental-di-indonesia-mewujudkan-keadilan-untuk-semua

Darcy, A. (2017). Woebot App. Woebot Health. dilihat 23 Juli 2024,  Sumber: https://getmarlee.com/blog/woebot-app

Databoks 2024, Ada 287 Kasus Bunuh Diri Awal 2024, Terbanyak di Jawa Tengah,     dilihat 17 Juli 2024,  (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/03/15/ada-287-kasus-bunuh-diri-awal-2024-terbanyak-di-jawa-tengah)

Durden, E, Pirner, M, C, Rapoport, S, J, Williams, A, Robinson, A & Forman-Hoffman, V, L 2022, Changes in stress, burnout, and resilience associated with an 8-week intervention with relational agent "Woebot", vol.33, DOI: 10.1016/j.invent.2023.100637

Hisan, U. K., & Amri, M. M. 2022. Peran Chatbot dalam Menangani Masalah Kesehatan Mental selama Pandemi COVID-19: Tinjauan Mini.

Kemenkes Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2022, Depresi dan Bunuh Diri, dilihat 19 Juli 2024, (https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1450/depresi-dan-bunuh-diri)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Pengertian Kesehatan Mental. Diakses pada 29 Juli 2024, dari https://ayosehat.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental         

 

Liputan6. (2024). Kasus Bunuh Diri di Indonesia Meningkat, Darurat Kesehatan Mental. Diakses pada 29 Juli 2024, dari https://www.liputan6.com/news/read/5499505/kasus-bunuh-diri-di-indonesia-meningkat-darurat-kesehatan-mental?page=2

Saripah, E., & Handiyani, H. (2019). Efektivitas Penggunaan Mindfulness App Berbasis Smartphone untuk Mengurangi Stres

World Health Organization 2023, Suicide, dilihat 19 Juli 2024, (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun