Penulis : Sheila Sayu Viani Abidin, Ahmad Aldani Zakky Abror
Univeristas Brawijaya
Nicke Widyawati dikenal sebagai sosok inspiratif wanita Indonesia yang berkarir cemerlang di bidang energi. Pada tahun 2015, Nicke ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero), ia menjadi wanita Indonesia pertama yang menduduki posisi direktur utama BUMN energi terbesar di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, PT Pertamina berhasil meningkatkan kinerja keuangan dengan perolehan laba bersih USD1,46 miliar pada tahun 2019. Pencapaian ini menjadikan Pertamina sebagai BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal Indonesia.
Prestasi gemilang Nicke Widyawati diakui secara internasional dengan dinobatkannya ia sebagai salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi Fortune dan Forbes pada tahun 2020. Gelar penobatan tersebut ia dapatkan selama tiga tahun berturut-turut. Penghargaan ini diberikan kepada wanita-wanita inspiratif dari berbagai belahan dunia yang berperan besar dalam masyarakat. Selain itu, Nicke juga pernah menjadi Chair Task Force Energy, Sustainability and Climate saat konferensi G20 digelar di Indonesia, serta mendapat penghargaan bintang Corporate Social Responsibility dalam ajang Indonesia Best Social Responsibility Awards 2023, dan masih banyak penghargaan lainnya. Semua prestasi tersebut tidak hanya mengukuhkan posisi Nicke sebagai pemimpin yang kompeten di bidang industri energi, tetapi juga dalam skala lebih luas dapat menjadi inspirasi generasi muda Indonesia untuk berkarya dan berprestasi sesuai bidangnya dengan skill yang memadai.
Salah satu kunci utama di balik kesuksesan Nicke Widyawati adalah kecerdasan emosionalnya. Kepemimpinan Nicke yang baik tercermin dari kualitas manajerial dan hasil kinerja PT Pertamina secara keseluruhan. Dalam dunia industri dan bisnis yang didominasi oleh pria, pencapaian Nicke dalam bidang tersebut cukup menarik perhatian. Penelitian dari University of Basel mengungkapkan bahwa wanita lebih emosional dibandingkan pria karena volume insula anterior yang dimiliki lebih kecil. Namun, Nicke mampu membuktikan bahwa wanita memiliki peluang yang sama dengan pria dalam meraih kesuksesan selama ada kemauan untuk memaksimalkan potensi dan mengembangkan kemampuan regulasi emosi yang baik. Menempatkan diri sebagai karyawan dan melihat masalah dari berbagai spektrum dapat membantu Nicke dalam menentukan keputusan yang tidak hanya tepat tetapi juga bijak.
Konsep kecerdasan emosional atau emotional intelligence telah berkembang sejak abad ke-19. Pada tahun 1930-an, Thorndike memperkenalkan konsep "social intelligence" yang didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk memahami emosi diri sendiri dan orang lain. Kemudian pada tahun 1990, Mayer dan Salovey memperkenalkan istilah "emotional intelligence" sebagai bentuk kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan mengawasi emosi diri sendiri dan orang lain, membedakan dan menyeimbangkan antara berbagai emosi, serta menggunakan informasi emosi untuk memandu pikiran dan tindakan mereka dalam berperilaku. Konsep tersebut semakin populer setelah terbitnya buku karya Daniel Goleman pada tahun 1995 yang berjudul "Emotional Intelligence". Buku ini menjadi best seller internasional dan secara signifikan memperkenalkan konsep kecerdasan emosional ke publik secara meluas. Goleman juga mengklaim bahwa emotional intelligence lebih penting daripada IQ dalam memprediksikan keberhasilan seseorang. Melalui buku ini juga, banyak orang yang sadar bahwa pengelolaan emosi berperan penting bagi keberhasilan seseorang. Adanya pengakuan tersebut menandai dimulainya era baru tentang emotional intelligence sebagai konstruk yang kompleks namun sangat penting dalam dunia karir.Â
Berkaca pada perjalanan Nicke, emotional intelligence menjadi skill yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan individu. Penelitian yang dilakukan oleh Lopes, et al (2004) pada 118 mahasiswa di Universitas New Hampshire dan 103 mahasiswa di Jerman menunjukkan bahwa kemampuan mengelola kecerdasan emosional yang diukur melalui subskala manajemen emosi dari tes Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) memiliki hubungan positif dengan kualitas interaksi sosial sehari-hari mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki skor lebih tinggi pada kemampuan manajemen emosi cenderung menilai interaksi sosialnya berjalan lebih baik dan merasa lebih berhasil dalam mengelola kesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa emotional intelligence dapat memfasilitasi interaksi sosial yang produktif.Â
Keterampilan emosional memfasilitasi komunikasi produktif yang dapat memperluas relasi karir, meningkatkan agility dan skill problem solving jika dihadapkan suatu konflik. Begitupun dengan Nicke Widyawati, pimpinan perusahaan BUMN terbesar, tentu saja Ia menemukan berbagai macam masalah. Salah satunya adalah kritik keras dari berbagai pihak mengenai kinerja dan langkah-langkah perubahan yang diambil Nicke ketika awal menjabat. Namun, ia berhasil mengatasinya dengan membuktikan kinerja perusahaan yang meningkat, dimana hal tersebut ditunjang oleh keterampilan emosional yang baik.
Nicke Widyawati menggambarkan bukti nyata sosok pemimpin visioner dengan skill leadership yang berlandaskan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam membentuk keterampilan leadership seseorang melalui karakter pemimpin transformasional yang memberdayakan dan menginspirasi. Hal ini dikarenakan kemampuan dalam mengelola emosi sendiri dan orang lain sangat mempengaruhi bagaimana seseorang memimpin komunitasnya. Leadership yang didasari kecerdasan emosional mampu memainkan peran krusial dalam kehidupan karir profesional. Dalam kehidupan karir yang dinamis dan penuh tantangan, leadership yang kuat mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan membangun budaya kerja yang positif yang menjadi kunci keberhasilan dunia profesional.
Salah satu kompetensi penting bagi seorang pemimpin yang dibentuk dari pengelolaan kecerdasan emosional adalah kemampuan self-management. Pengelolaan diri yang efektif merupakan prasyarat bagi seorang pemimpin untuk dapat mengelola timnya secara menyeluruh. Beberapa aspek penting dalam self-management yaitu meliputi:
Self-awareness: kemampuan seorang pemimpin untuk mengenali perasaan dan emosinya sendiri. Dengan menyadari bagaimana perasaannya mempengaruhi pikiran dan tindakannya, seorang pemimpin dapat mengelola emosinya dengan cara yang sehat ketika menghadapi tekanan. Ini penting untuk menjaga stabilitas dalam mengambil keputusan.
Self-control: kemampuan mengendalikan emosi dan impuls diri sendiri, termasuk mengontrol amarah atau frustasi ketika menghadapi masalah. Dimana pemimpin harus berpikir secara rasional dan tenang dalam menghadapi tantangan.
Optimisme: kemampuan menganggap hal-hal positif yang dapat diambil dari setiap situasi, termasuk meredam pikiran-pikiran negatif. Hal ini termasuk memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk tetap bersemangat menghadapi tantangan sehingga menumbuhkan lingkungan kerja suportif.
Kualifikasi kompetensi penting lainnya dalam kecerdasan emosional adalah kemampuan adaptasi. Adaptasi diri menjadi kunci keberhasilan paling utama. Dengan kemampuan adaptasi yang baik, seseorang mampu menyesuaikan diri dan berpikir fleksibel menghadapi berbagai tantangan baru. Sebagai pemimpin Pertamina, Nicke dituntut untuk memiliki fleksibilitas tinggi agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan. Dengan memahami dinamika bisnis energi, Nicke senantiasa mendukung program-program baru demi meningkatkan kinerja Pertamina. Kemampuan beradaptasi tersebut juga menjadi salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosional yang dimiliki Nicke. Selain itu, Nicke juga mampu memahami perasaan orang lain dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar tetap sinkron dengan perubahan lingkungan bisnis.
Nicke Widyawati yang diakui secara mendunia menjadi sosok teladan yang mampu memadukan keterampilan teknisnya dengan kecerdasan emosional yang luar biasa. Dari pengalaman yang dilalui Nicke Widyawati dapat memberikan pandangan bahwa dimulai dari memupuk kecerdasan emosional juga dapat memberikan pengaruh besar dalam skala global. Pandangan global tentang keberlanjutan dunia memang semakin menuntut kontribusi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang baik. Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi cenderung lebih mampu berempati, berkolaborasi, dan menciptakan solusi berkelanjutan yang saling menguntungkan. Melalui implementasi kecerdasan emosional, mereka dapat membangun hubungan yang lebih kuat, mengatasi konflik dengan cara yang produktif, dan memotivasi orang lain disekitarnya untuk berbuat lebih baik. Sehingga kecerdasan emosional ini mampu mendorong perubahan perilaku menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dalam skala global. Nicke Widyawati telah membuktikan pentingnya kecerdasan emosional untuk mendukung karir profesional melalui kesuksesannya memimpin Pertamina sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, di mana kecerdasan emosional ini menjadi skill dasar dalam membentuk leadership dan adabtabilitas seseorang.
REFERENSI
Aldawsarij, R. A. 2020. The Relationship between Leaders' Emotional Intelligence and Leadership Effectiveness from Perspectives of Leaders and Faculty Members at University of Hafr Al Batin. Journal of Education, 79, pp.1-26.
Bairizki, A., Irwansyah, R., Arifudin, O., Asir, M., Ganika, W.G., Karyanto, B. and Lewaherilla, N., 2021. Manajemen perubahan. Penerbit Widina.
BBC 100 Women 2020: Who is on the list this year? (2020). BBC News. [online] 23 Nov. Available at: https://www.bbc.com/news/world-55042935 [Accessed 19 May 2024].
Deshmukh, A.S. and Chhanwal, I.L. 2020. Emotionally Intelligent Leadership in Higher Education for Sustainable Quality Education. Our Heritage, 68(5), pp.14-21.
Dhani, P., & Sharma, T. 2016. Emotional Intelligence History Models and Measures. International Journal of Science Technology and Management, 5(7), pp. 189-201.
Goleman, D. 1995. Emotional intelligence: why it can matter more than IQ Bloomsbury. Inc., New York, NY, England.
Hidayat, A.A.N. (2019). Tahun Depan, Pertamina Bangun Pabrik Petrokimia di Balongan. [online] Tempo. Available at: https://bisnis.tempo.co/read/1277317/kecerdasan-emosi-cuci-otak-keberhasilan-nicke-widyawati/full&view=ok [Accessed 19 May 2024].
Lopes, P. N., Brackett, M. A., Nezlek, J. B., Schtz, A., Sellin, I., & Salovey, P. (2004). Emotional Intelligence and Social Interaction. Personality and Social Psychology Bulletin, 30(8), 1018-1034.
Media, K.C. (2023). Profil dan Harta Kekayaan Nicke Widyawati, Dirut Pertamina Dua Periode yang Jadi Sorotan Usai Kebakaran Depo Plumpang Halaman all. [online] KOMPAS.com. Available at: https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/05/140000165/profil-dan-harta-kekayaan-nicke-widyawati-dirut-pertamina-dua-periode-yang?page=all [Accessed 19 May 2024].
Muliawati, F.D. (n.d.). Bos Pertamina Ungkap 2 Misi Besar di Tahun 2024, Apa Itu? [online] CNBC Indonesia. Available at: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240202103401-4-511102/bos-pertamina-ungkap-2-misi-besar-di-tahun-2024-apa-itu [Accessed 19 May 2024].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H