Mohon tunggu...
Marhamah Alwan
Marhamah Alwan Mohon Tunggu... Guru - Pemelajar sepanjang hayat

Ibu rumah tangga yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Lokomotif Ilmu Pengetahuan

10 Januari 2023   10:19 Diperbarui: 10 Januari 2023   10:35 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raport mutu sekolah sudah diterima oleh masing masing sekolah, dengan hasil yang beragam, namun hasilnya masih jauh dari rata rata provinsi dan nasional, ada apa dengan raport sekolah ?Mengapa hasilnya mengecewakan ? Dan apa yang menjadi indikator pencapaian nilai raport tersebut ?semua pertanyaan tersebut menjadi pembahasan hangat diantara para pemangku kepentingan dan guru guru yang menjadi ujung tombak pendidikan itu sendiri.

Raport dalam KBBI bermakna laporan resmi kepada yang wajib menerimanya. sedang secara istilah raport mutu sekolah  berarti buku yang berisi pencapaian nilai dan prestasi suatu sekolah yang berfungsi sebagai laporan sekolah kepada dinas terkait tentang capaian sekolah tersebut.

Lantas, darimana progress suatu sekolah bisa dinilai dengan sebuah raport sekolah ? Data data tersebut merupakan capaian yang dilihat dari asasemen survei yang dilakukan pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional Riset dan Teknologi ( Mendiknas Ristek ) melalui sebuah program ANBK yang berlaku di seluruh sekolah jenjang SD/MI,SMP/Tsanawiyah, SMA/SMK/Aliyah di seluruh nusantara. Dan dari hasil ANBK tersebut tertulislah hasil capaian yang merupakan progres dari masing masing sekolah.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah mengapa progress yang didapat tidak sesuai dengan ekspetasi? dan mengapa hasilnya jauh dibawah rata rata provinsi dan nasional? hal inilah yang memacu adrenalin para pemangku kebijakan untuk menemukan sumber dari permasalahan tersebut. Dan hasilnya ditemukanlah penyebab dari permasalahan itu yaitu kurangnya literasi siswa yang berdampak pada rendahnya pemahaman siswa tentang maksud dari pertanyaan yang disampaikan dalam asasmen survei tersebut.

Dengan kata lain bahwa Literasi merupakan Lokomotif dari Ilmu Pengetahuan itu sendiri, semakin tinggi tingkat literasi siswa di suatu sekolah maka tingkat pemahaman tentang apa yang disampaikan dalam kalimat semakin mudah untuk difahami, dan sebaliknya semakin rendah tingkat literasi suatu sekolah maka semakin rendah pula tingkat pemahaman mereka.

Hal ini sejalan dengan wahyu pertama yang diturunkan Alloh SWT melalui Malaikat Jibril AS yakni surat Al Alaq ayat 1 - 5 yang memerintahkan kita untuk membaca. Karena hanya dengan membaca kita bisa mengetahui banyak hal dan mudah memahami berbagai hal yang tersurat dan tersirat dalam sebuah kalimat.

Kembali pada wacana awal, melihat keterpurukan sekolah dalam progres capaian tersebut Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lombok Barat menugaskan para Pengawas Sekolah untuk membenahi dan memperbaiki sumber permasalahan tersebut dengan mengadakan Bimtek Pemahaman Literasi untuk guru guru kelas 1 - 4 agar mampu menjadi ujung tombak dalam memperbaiki Progress capaian Raport mutu sekolah masing masing dengan mengadakan asasmen literasi di kelas masing masing.

Semoga apa yang merupakan hajat dan ekspetasi berbagai pihak yang terlibat mampu tersampaikan dengan adanya kegiatan asasmen literasi ini, Karena seyogyanya Literasi harus menjadi lokomotif di setiap kelas dan sekolah untuk meraup sebanyak banyaknya ilmu pengetahuan sebagai bekal menghadapi era yang terus konsisten berevolusi sesuai zaman yang terus berputar.

Salam Literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun