Sore, dengan suara layu memanggil sendu, mungkin terisak
Tercekat di tenggorokanmu berucap pilu, Ibu...!
Berharap,dan kau sudah tahu tak mungkin bisa ku menghampirimu
Bukan tak mau dan bukan tak mampu, sangat kau tahu
Hingga kau terbata sampai hilang suaramu dan hanya mampu berucap pilu,Ibu...!
Kurasakan seperti apa yang Ibuku rasakan, tersayat sembilu dan berasa ngilu dalam rindu
Belum genab angka duabelas ketika hari itu, menyapihmu membelah laut biru
Memang hati, coba terkuatkan dengan satu kalimat baku, Menuntut ilmu
Satu satunya yang ku punya,asa... berharap kau mampu melaju
Melebihi ekspetasi ibumu yang  mengenalmu dengan mimpi yang melambung di langit biru
Ku mohon jangan memanggil dengan mata sayu dan tangisan haru pilu
Ku mohon jangan menyebut namaku dengan rintihan dan suara sayup mendayu
Ku mohon jangan menghiba dengan irama lemah tampa lagu
Ku mohon jangan seperti itu pada ibumu
Karena semua bahagia telah kugadai untuk menebus senyumanmu
Karena itu,Â
Tersenyumlah, tidak ku pantaskan sedih mengiringimu
Tidak juga air mata boleh jatuh di pipimu
Tidak pula rintihan terlontar dari bibirmu
Tidak serta pilu menghiasi harimu
Karena, untuk semua itu telah ibu bayar lunas di setiap waktu
Ambil senyuman,itu pantas untukmu
Ambil rona bahagia, hanya itu selalu
Ambil ceria, selalu dia temanmu
Ambil riang, untuk  mengiringimu
Karena itu pinta ibu pada Pemilik yang Menitipmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H