"O, kalian pikir kami takut. Hadapi kami dulu," ujar Kacek sambil menghunus pedangnya. Sementara Putri Faradila hanya tersenyum kecil, melihat aksi perampok itu. Malahan dia menantang, jika mereka berhasil menyentuh bagian tubuhnya, hartanya akan diberikan semua.
"Berani?" tantangnya sambil tersenyum mengejek.
"Kurang ajar," jawab salah satu perampok dan merupakan pimpinannya. "Hayo anak-anak, serang mereka," perintahnya.
Dua anak buahnya pun menyerang. Pertandingan satu lawan satu pun tak terelakkan. Kacek, Putri Faradila dan Dabok pun berusaha melumpuhkan musuh-musuhnya.
Tak berapa lama kemudian, tiga perampok itu babak belur dihajar, sehingga memilih melarikan diri.
"Ayo lari anak-anak," teriak pimpinan perampok. "Lariiiiii....."
Kacek yang hendak mengejar ketiganya dilarang Dabok. "Tak usah dikejar. Mereka hanya perampok kecil yang sengaja mencegat para pejalan malam saja,".
"Kalian luar biasa. Ilmu beladiri kalian bagus," puji Dabok. "Di mana semeton belajar silat?" tanyanya lagi.
"Kami hanya belajar untuk beladiri," jawab Kacek pendek.
"Semeton berkelahi seperti pendekar yang memiliki ilmu tinggi," sahut Dabok penasaran.
"Side (anda) juga. Ilmumu lumayan tinggi. Saya perhatikan tadi tidak semua tenaga dipergunakan," tanya Putri Faradila balik.