Pesanan makanan dilakukan terpisah. Yakni untuk Putri Faradila, Kacek dan Dabok. Mereka kemudian memakan makanan yang dihidangkan dengan lahap tanpa mempedulikan identitas masing-masing.
Namun, Dabok berusaha mencuri pandang pada laki-laki yang makan di depannya. Tanpa disadari Putri Faradila pun melakukan hal sama, sehingga mereka bertatapan muka secara langsung. Menyadari hal itu, Putri Faradila langsung menunduk dan meneruskan makannya.
Seolah-olah tak ada masalah, Dabok bertanya pada Putri Faradila dan Kacek soal tujuan keduanya. "Oh ya, kalian mau kemana?"
"Kami hanya sekadar mampir makan. Tidak mau kemana-mana?" jawab Kacek.
"Saya pikir kalian mau ke ibukota kerajaan di Sari Gangga. Soalnya di sana lagi ada acara adat di Mata Air Sari Gangga," ujar Dabok.
"Emang ada acara adat apa di sana?" tanya Putri Faradila penasaran.
"Biasa ada acara ritual. Gusti Prabu Brandana mempersilahkan pada semua orang untuk mengambil air suci itu sebagai tanda syukur panen telah berhasil," terang Dabok..
"Cukup bagus juga," celetuk Kacek. "Kalau boleh, kami ikut semeton ke sana. Apa boleh?" tanyanya lagi.
"O boleh saja," jawab Dabok. "Malahan raja kami tidak mempermasalahkan siapapun datang ke sana. Meskipun dia orang Kerajaan Mantang," tambahnya.
"Oh ya, kapan acaranya?"tanya Kacek lagi.
"Acaranya sih besok," jawabnya. "Tapi kalau kita ke sana sekarang pakai kuda, nanti tengah malam kita bisa nyampai. Tapi kalau jalan kaki, besok atau tengah malamnya kita sampai," tambahnya.