Mohon tunggu...
Margo Teguh Sampurno
Margo Teguh Sampurno Mohon Tunggu... Jurnalis - Freedom

Bergerak dalam "Kolom demi Kolom"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Dialogis 'Generasi Milenial'

26 Desember 2018   20:10 Diperbarui: 26 Desember 2018   22:54 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.pinterest.com/

Pendidikan merupakan ujung tombak peradaban sebuah negara dalam menuntaskan segala problematika di masyarakat. Maju atau tidaknya sebuah negara, dapat dilihat dari pendidikan yang diterapkan di dalam negara tersebut terhadap pengaruhnya pada masyarakat. Pentingnya pendidikan dalam sebuah negara, menjadi prioritas utama demi tercapainya masyarakat yang berkeadaban dengan kompetensi ataupun kemampuan yang dimiliki tiap warga negara untuk turut aktif dalam pembangunan negara. 

Sehingga, dalam hal ini pendidikan harus mencakup semua ranah masyarakat di tiap wilayah agar tercapainya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang termaktub di dalam pembukaan UUD 1945 yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa".

Dinamika pendidikan di Indonesia terkait perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi zaman, diharapkan mampu menumbuhkan kreatifitas dalam mengeksplorasi pengetahuan dan pengembangan diri bagi siswa. 

Cara pandang ataupun metode yang diajarkan oleh guru sebagai pendidik kepada siswa harus disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi lingkungan sekitar siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan konsep pendidikan yang memanusiakan manusia, dengan tidak adanya dominasi guru dalam proses pembelajaran yang justru mematikan kreatifitas siswa dalam mengeksplor pengetahuannya. 

Oleh karena itu, tugas penting guru selain sebagai pengajar dalam hal menyampaikan ilmu pengetahuan juga sebagai pendidik dalam menanamkan nilai-nilai karakter yang bertujuan membentuk kepribadian siswa yang berakhlak mulia, toleransi, dan suka menolong antar sesama.

Munculnya generasi milenial yang dicirikan dengan sekelompok orang yang lahir pada kisaran tahun 1980 sampai 2000 dapat dikatakan sebagai generasi yang melek akan teknologi dan media sosial dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hadirnya generasi milenial tersebut juga berdampak pada pola hidup masyarakat dengan hadirnya teknologi dan pesatnya arus informasi. 

Munculnya perilaku konsumtif dan individualis yang menjadi tantangan besar masyarakat dengan hadirnya teknologi dan arus informasi tersebut. Oleh karena itu, siswa di tiap jenjang sebagai generasi milenial saat ini harus disesuaikan dengan konteks belajar yang transformatif. Peran guru dalam membangun karakter siswa generasi milenial juga dituntut untuk peka zaman terkait proses pembelajaran di kelas. 

Pemanfaatan teknologi seperti gadget bagi siswa tentunya perlu dihadirkan dalam proses pembelajaran dengan memberikan edukasi terkait pemanfaatan internet di gadget secara bijak sebagai sumber belajar selain buku mata pelajaran. Guru dalam hal ini menjadi fasilitator bagi siswa dalam berperan membangun karakter dengan pemanfaatan teknologi dan informasi.

Paradigma yang dibangun pada siswa generasi milenial tentunya harus berposes pada pembentukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan Kurikulum 2013. Penekanan utama pendidikan pada generasi milenial adalah ranah afektif atau sikap yang menjadi pondasi dalam pendidikan karakter. 

Konsep yang dihadirkan pada siswa generasi milenial dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan dialogis. Guru yang menerapkan pendekatan dialogis akan memahami adanya pola saling belajar dan memahami diri sendiri antara guru dan murid. Pendekatan dialogis digunakan agar tidak terjadi adanya dominasi guru dalam pembelajaran yang justru menjadikan murid sebagai objek tanpa adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Padahal generasi milenial dapat dicirikan dengan adanya sikap kritis dalam menanggapi suatu hal dan selalu mempertanyakannya. 

Oleh karena itu, pendekatan dialogis yang intensif dalam proses pembelajaran bagi siswa generasi milenial, akan menimbulkan sikap saling menerima dan belajar antara guru dan murid. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa dibangun dengan turut melibatkan dalam kondisi psikologis siswa yang dilalui dengan dialog. Sehingga, peran guru sebagai fasilitator dalam membantu proses belajar siswa akan berlangsung ketika terjadi sinergitas antara guru dan murid dalam proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun