Mohon tunggu...
Margita Widiyatmaka
Margita Widiyatmaka Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya seorang pembelajar. Pembelajar apa saja yang dapat saya jadikan bahan pembelajaran, untuk memahami kehidupan dan memaknainya dengan cara yang baik dan penuh keindahan. Hobi utama saya bertualang dalam dunia nyata maupun maya (internet), menulis maupun mohon saran/tanggapan, menulis puisi atau apa saja yang bisa saya tulis berdasarkan pengalaman dan informasi. Mudah-mudahan puisi/tulisan saya bisa menjadi sesuatu yang bernilai atau bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suti Rahayu, Profil Ibu Penyuluh Swadaya dan Pemberdaya Perempuan

31 Mei 2012   17:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13384843481851108626

Selalu saja aku tergetar dan sering meneteskan air mata bila terdengar atau mendengar suara lengkingan Iwan Fals nyanyikan lagu "Ibu". Ribuan kilo jalan yang kutempuh lewati rintang untuk aku anakmu Ibuku sayang masih terus berjalan walau tapak kaki, penuh darah ... penuh nanah Seperti udara ... kasih yang engkau berikan tak mampu ku membalas ... ibu ... ibu (dan seterusnya). Untuk membuat tulisan dengan tema "Perempuan Di Sekitarmu", aku pun tak bisa lepas dari sosok ibu (ku), ibu (mu), atau ibu (kita) semua. Mudah-mudahan dengan menulis sosok perempuan seorang ibu, aku dapat membalas  pengorbanan ibu (ku) yang tak terbilang penuh kasih-sayang dan daya juang untuk mendidik anak-anak dan membesarkan mereka hingga dewasa. Tidak ada yang mustahil, kalau suatu ketika kita menulis kisah perjuangan ibu (kita)  sebagai bentuk penghormatan kita masing-masing sebagai anak. Tetapi, hingga detik ini, aku belum sanggup dan mampu menulis kisah dan perjuangan ibuku sendiri. Barangkali itu merupakan salah satu bentuk ketakutanku atas subyektivitas saya terhadap ibu saya sendiri. Aku bahkan lebih "enjoy" untuk menulis sosok perempuan di sekitarku (tetanggga) yang sudah lebih dari 16 (enam belas) tahunan berkecimpung dalam usaha olahan pangan berbahan lokal. Sosok dimaksud adalah Suti Rahayu, istri pensiunan Guru SD (Bapak Miskijan), yang lahir di Gunungkidul, 7 Juli 1954. Suti Rahayu yang hanya lulus pendidikan Sekolah MenengahAtas (SMA), namun ketiga putrinya berhasil lulus sarjana, senatiasa berupaya memberikan penyuluhan kepada warga masyarakat di sekitarnya, terutama bagi ibu-ibu di wilayah pedusunan. Dengan jiwa pembelajar dan semangat wirausahanya, ia merekrut pengolah hasil makanan ringan yang bertempat di Dusun Sumberjo, Desa Ngawu, Kec. Playen, Kab. Gunungkidul. Pada saat itu, ada sebanyak 21 (dua puluh satu) ibu-ibu yang mempraktekkan apa yang ia suluh. Dari ke-21 ibu tersebut ia koordinir dan dipakailah nama Usaha Makanan Olahan "Putri 21" sebagai nama perusahaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ia dirikan pada tahun 1996. Produk yang menjadi andalannya adalah tepung mokaf (tepung ubi kayu yang telah difermentasi). Dan ia kini tengah mengembangkan tepung-tepung (termasuk pati) hingga sekitar 14 (empat belas) macam, misal : tepung sukun, labu kuning, ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, garot, ganyong, termasuk pati garot maupun pati ganyong, kedelai, beras jagung, tales. Dari mokaf-nya telah menghantarkannya ke Istana Negara, untuk menerima penghargaan dari Presiden RI pada bulan Desember 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun