Mohon tunggu...
Margaretha Sekar Putri
Margaretha Sekar Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai konten tentang pendidikan dan juga K-Pop

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh Otoriter terhadap Perkembangan Sosio-Emosional Anak: Zaman Kita Bisa Disamakan?

13 Juni 2023   10:46 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:54 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dictio.id/t/pola-asuh-otoriter-akan-merusak-mental-anak/162493

Orang tua atau keluarga adalah tempat pertama anak belajar. Anak merupakan makhluk yang memiliki eksistensi dan jati dirinya sendiri. Anak bukan kanvas ataupun gelas kosong yang hanya bisa diisi atau digambar terus menerus. Pola asuh memiliki peran yang cukup penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. 

Pola asuh yang salah, dapat menumbuhkan anak yang sedikit terganggu, terlebih dalam perkembangan sosio-emosionalnya. Maka dari itu, orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam perkembangan sosio-emosionalnya. 

Banyak orang tua yang 'mendidik' anak dengan cara orang tua mereka, mendidik mereka dahulu. Stigma yang turun temurun inilah yang dapat membunuh atau mematikan kemerdekaan anak. Sama halnya pada film I Not Stupid Too yang juga sesuai dengan beberapa teori psikologi perkembangan anak.

Dilansir dari artikel theasianparent, di Indonesia masih ada dan cukup banyak orang tua yang memiliki pola asuh otoriter. Orang tua mengambil porsi yang cukup besar dalam menentukan arah hidup anak mereka. 

Stigma yang sudah 'usang' terus dipaksa untuk diterapkan kepada anak mereka. Contohnya, orang tua selalu memarahi anaknya saat nilai matematika atau IPA-nya rendah. 

Padahal, anak mereka sudah bersusah payah untuk dapat nilai tersebut. Sebaliknya, saat anak mereka mendapat nilai yang cukup tinggi pada mata pelajaran yang dianggap oleh orang tua sepele, mereka tidak mendapat penghargaan. Padahal, kecerdasan tiap anak berbeda. 

Anak hanya terus menerus melakukan apa yang disuruh, apa yang diberikan, dan juga apa yang dianggap baik dan tidak oleh orang tuanya. Anak tidak memiliki kebebasannya sebagai seorang manusia. 

Orang tua yang dididik dengan menggunakan kekerasan saat melakukan kesalahan, juga akan beranggapan jika anak mereka bisa mereka perlakukan sama. Anak yang dididik dengan kekerasan tidak menutup kemungkinan dan memiliki kecenderungan mereka akan melakukan hal yang sama di lingkungan dia tumbuh.

Selain itu, karena orang tua merasa dirinya yang paling benar, orang tua jarang mendengarkan pendapat dari anaknya. Pola asuh otoriter, menetapkan standar yang harus dipatuhi oleh anak. Seperti yang diungkapkan Santrock(1998) pola asuh otoriter ialah pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya. 

Hal ini dikuatkan dengan pendapat Hurlock(1980) yang menjelaskan pola asuh otoriter merupakan disiplin orang tua secara otoriter yang bersifat disiplin tradisional. Hal ini terjadi terus menerus dan turun temurun. Walaupun orang tua juga tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.  Dari film I Not Stupid Too merupakan salah satu contoh pola asuh dan keterlibatan orang tua menjadi hal yang penting untuk perkembangan anak.

Berkaitan dengan peran orang tua, selain menerapkan pola asuh yang tepat, keterlibatan orang tua juga sangat berperan. Orang tua yang tidak dapat hadir secara fisik dan emosional akan memberikan dampak dalam perkembangan anak. Pendidikan awal diberikan dalam keluarga. Salah satunya dalam perkembangan moral anak. Perilaku atau karakter anak ditentukan pada peraturan spontan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun