Mohon tunggu...
Margaretha Harimurti
Margaretha Harimurti Mohon Tunggu... Guru - Belajar dan Berbagi

Seorang Guru yang selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

24 Oktober 2021   06:29 Diperbarui: 24 Oktober 2021   07:03 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

" Every Child is a different kind of flower, and all together, they make this worl a beautiful garden "

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

1.Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara yang telah dipelajari pada modul 1 , ada pegangan penting yang perlu menjadi pengingat bagi guru untuk berfikir dan bertindak dalam dinamika proses pembelajaran. 

Prinsip utama menrut saya adalah bahwa  Guru adalah "penuntun " segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran  dengan kearifan lokal dan filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara (1889-1959) yaitu " Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani." 

Disini tedapat penekanan  paradigma di mana guru tidak lagi bertindak sebagai sumber utama informasi dalam proses pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi anak didik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pendidikan yang memerdekakan sesuai profil Pelajar Pancasila , maka guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. 

Pratap Triloka menekankan interaksi siswa-guru dan terdiri dari Guru sebagai model (bagi mereka yang di depan harus menjadi figur model), memberikan motivasi (bagi mereka di tengah harus memotivasi), dan mendorong (bagi mereka yang di belakang harus mendorong) dalam keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan, termasuk dalam pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas haruslah  berpihak dan memerdekakan murid sehingga menjadi pembelajaran yang positif bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri serta keputusan yang bertanggung jawab tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. 

Diharapkan bahwa murid  akan lebih nyaman untuk berkomunikasi, menyampaikan ide dan pendapatnya dan menentukan pilihan keputusan yang bertanggung jawab untuk diri dan komunitasnya , dan para guru akan lebih mengarakan segala pikiran, tindakan dan keputusan pada prinsip keberpihakan kepada murid.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?  

 Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. 

Adapun nilai-nilai yang tertanam dalam diri adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing keputusan kita. 

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. 

Begitu juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. 

Ketika kita berbicara tentang pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam membantu mereka memahami permasalahan dan mencari solusi berdasarkan potensi yang dimilikinya.  Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah.  

Proses coaching yang dialami murid dalam proses pembelajaran  ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid untuk memaksimalkan potensinya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. 

Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntun guru dalam pelaksanaan praktik coaching. 

Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW . GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. 

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T   : Tujuan
I    : Identifikasi
R   : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

4. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. 

Ketika seorang Guru harus dihadapkan pada permasalahan yang dilematis dan masuk ke ranah abu-abu antara masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. 

Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid , tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru Penggerak . 

Pada dasarnya nilai dan peran seorang pendidik dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada murid mengambil peran penting. Pengambilan keputusan pada masalah moral atau etika yang benar,tepat sasaran dan minim resiko bagi anak didik adalah tujuan utama. 

Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , maka diharapkan dapat diperoleh keputusan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. 

Merefleksikan kembali akan menghasilkan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan serta mampu meminimalisir kemungkinan atau resiko yang akan terjadi dari ketidaktepatan putusan yang diambil  tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

5. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.  

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . 

Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, serta juga melalui refleksi dan sikap bijaksana maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

6. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?  

Kesulitan-kesulitan yang sering saya alami ketika harus mengambil keputusan di lingkungan saya antara lain :

  • Kesulitan /kendala yang bersumber pada diri pribadi dalam pengambil keputusan (keragu-raguan, kurang percaya diri)
  • Rasa takut/trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
  • Pemahaman yang tidak tepat tentang informasi yang berkaitan dengan kasus yang ditangani
  • Sering timbulnya perbedaan pandangan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan.
  • Sikap apatis dan tertutup memandang suatu permasalahan.
  • Adanya pihak-pihak yang masih belum satu visi, serta cara pandang yang berbeda dalam memandang suatu persoalan.

Kesulitan-kesulitan diatas selalu kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan.

7. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pada konteks merdeka belajar, pengambilan keputusan yang tepat dengan melalui tahapan yang dapat dipertanggung jawabkan serta mengarahkan pada proses pembelajaran kepada prinsip keberpihakan pada murid, akan dapat memilki pengaruh besar pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan anak secara holistic. 

Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat "menuntun" dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.  

8. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sejalan dengan konsep pemikiran Ki hadjar Dewantara bahwa Pendidikan itu haruslah memerdekakan dan menuntun anak sesuai kodratnya, sehingga terbentuk manusia yang bertumbuh kembang secara Holistic maka, Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid , maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. 

Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.  

9. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya.

Sebagai seorang Guru dan Pemimpin pembelajaran sangat penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. 

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). 

Diharapkan proses pengambilan keputusan dalat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Untuk dapat mengambil keputusan, diperlukan prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim. 

Ada 3 prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144), yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

Disamping itu untuk memastikan keputusan yang diambil itu benar dan tepat sasaran, maka perlu dilakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap kasus yang kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu :

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut

2) Menentukan siapa yang terlibat

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam kasus tersebut

4) Melakukan Pengujian :

  •  Uji Legal
  •  Uji regulasi/standar
  •  Uji Intuisi
  •  Uji Halaman depan koran
  •  Uji Panutan/idola

5) Melakukan Pengujian Paradigma Benar Vs Salah

6) Menetapkan Prinsip Pengambilan Keputusan

7) Investigasi Opsi Trilema

8) Membuat Keputusan

9) Lihat kembali keputusan dan melakukan refleksi

 

Demikian Koneksi antar materi pada modul 3.1 yang adapat saya bagikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Salam Guru Penggerak " Salam dan Bahagia"

Margaretha harimurti hagni Lohening, S.Pd.Gr

Calon Guru Penggerak Angkatan 2

Kota Balikpapan

SD Negeri 003 Balikpapan Tengah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun