Jenis narsisisme
Menurut Psikolog Ramani Durvasula, ada 4 jenis narsisisme:
- Narsis yang merasa besar (grandeur narcissist): gejala utama merasa diri hebat dan sering menampilkan diri untuk menjadi pusat perhatian. Ini adalah bentuk narsisisme yang tradisional.
- Narsis yang tertutup (covert narcissist): tampil seperti orang yang lemah/korban, merasa marah pada dunia, namun memiliki fantasi bahwa suatu saat akan menjadi hebat. Karakter "Joker"dalam seri Batman disebut menggambarkan sifat narsis yang tertutup ini.
- Narsis yang jahat (malignant narcissist): bisa tampil manipulatif untuk mencapai tujuannya. Menggunakan orang lain agar terpenuhi kebutuhannya. Sikap narsis yang jahat ini bisa membuatnya menjadi berperilaku psikopatik. Mereka tidak ragu menggunakan kontrol dengan kekerasan.
- Narsis yang tampak baik (noble narcissist): menampilkan diri suka berbuat baik, amal dan menolong orang agar dapat pengakuan dari orang-orang yang melihatnya bukan karena sungguh ingin berbuat baik. Namun, sikap baik hanya di depan publik, namun mereka akan menjadi kasar dan tidak empatik kepada keluarga atau pasangannya sendiri.
Artinya, tidak semua narsis akan menunjukkan perilaku grandeur yang selama ini kita anggap sebagai narsisisme tradisional. Ada yang menampilkan diri bak pahlawan, ada yang kelihatan sopan meyakinkan, adapula yang tampaknya tertutup dan lemah tapi sebenarnya karakternya narsisistik. Perlu dipahami kapan, dimana dan bagaimana karakter narsisisme muncul, karena wujud perilaku narsis bisa berbeda-beda walaupun akarnya sama.
Mengapa bisa menjadi narsis?
Pada kepribadian narsisistik sering ditemukan mekanisme pertahanan ego seperti identifikasi, proyeksi, pemisahan (splitting), intelektualisai dan rasionalisasi.
Menurut Kernber (1970) individu dengan gangguan kepribadian narsisistik menggunakan pemisahan sebagai mekanisme pertahanan ego utamanya.Â
Jarak antara diri ideal dan diri aktual yang besar menciptakan ketidaknyamanan bagi ego, dan biasanya narsis akan mengembangkan egonya secara tidak realistis (penggelembungan ego).
Lalu narsis memaksa menggabungkan antara diri aktual dan ego yang tidak reaslistis. Proses ini tampak dengan munculnya gejala perilaku memegahkan diri.
Pada saat yang bersamaan, gambaran diri yang tidak sesuai dengan ego yang tidak realistis, yang biasanya berasal dari diri aktual, akan direpresi dan diproyeksikan pada hal-hal di luar dirinya. Ini dilakukan dengan cara menilai ulang makna dan derajat kepentingan hal-hal tersebut (devaluasi).Â
Dengan devaluasi, narsis akan menyalahkan dan merendahkan orang lain, bahkan menyerang jika dianggap berbahaya mengungkap ego aslinya.
Lebih lanjut, mekanisme pemisahan juga sering disertai dengan mekanisme idealisasi dan penyangkalan. Biasanya seorang narsis akan memanipulasi orang-orang di sekitarnya sebagai bagian dari proses penggelembungan dirinya. Dalam rangka menciptakan ego yang tidak realistis; yaitu dengan cara membuat orang lain memujanya dan mencari persetujuan dari seorang narsis.Â