Apakah anda pernah bertemu dengan orang dengan ciri-ciri berikut: lebih memperhatikan dirinya daripada orang lain di berbagai situasi, secara mendalam merasa dirinya lebih penting daripada orang lain, menuntut dihargai dan berharap dipuja, kurang bisa mengembangkan empati pada orang lain, dan cenderung merendahkan orang lain. Jika ya, mungkin anda pernah berhadapan dengan seorang narsis.
Arti narsis
Istilah narsis didapat dari kata Narcissus dalam mitologi Yunani kuno. Menurut mitos, Echo adalah dewi hutan yang jatuh cinta pada Narcissus.Â
Narcissus adalah pemuda yang sangat tampan. Namun, ia secara berlebihan memperhatikan dirinya sendiri dan menganggap dirinya lebih dari orang lain, hingga sering meremehkan orang lain. Narcissus selalu menolak dan menampik ekspresi cinta Echo, hingga Echo patah hati dan mati.Â
Atas kesombongan Narcissus, Dewa Zeus marah dan mengutuknya seumur hidup tidak akan mengalami cinta. Suatu waktu, Narcissus merasa haus, lalu datang ke kolam air yang jernih. Ketika bersimpuh untuk mengambil air di kolam itu, ia melihat bayangan dirinya dan jatuh cinta pada bayangan dirinya sendiri.Â
Namun, karena ia tidak mendapatkan respon dari bayangan diri yang dicintainya, akhirnya Narcissus mati di samping kolam dekat bayangan dirinya. Akhirnya karakter memegahkan diri sendiri dan merendahkan orang lain menjadi gambaran dari istilah narsis.
Siapa narsis?
Seorang narsis akan menempatkan dirinya sebagai pusat dari apapun yang dialaminya. Ia akan sulit menempatkan dirinya di posisi orang lain, sehingga sulit berempati.Â
Ia akan merasa dirinya lebih penting dan lebih baik daripada orang lain sehingga cenderung merendahkan orang lain. Namun, pada saat yang bersamaan, narsis sangat peduli terhadap penolakan dari orang-orang di sekitarnya. Untuk disukai dan tidak ditolak, ia mau berbohong dan memanipulasi.
Jika mengalami penolakan atau orang tidak memujanya seperti kehendaknya, maka ia akan bereaksi negatif. Bisa muncuk agresi, dalam bentuk ancaman maupun perilaku kekerasan.Â