Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Psychological First Aid - Pertolongan Psikologis Pertama: Upaya Bantuan Awal dalam Bencana/Krisis

29 Mei 2020   22:32 Diperbarui: 26 Juli 2021   21:19 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Training PFA WHO di Surabaya tahun 2016

Kembali ke rutin dan pola hidup yang teratur membuat pengungsi dapat mengantisipasi apa yang akan dihadapinya, dan hal ini dapat lebih memberikan perasaan aman dan tenang.

Namun, masih banyak salah kaprah yang terjadi di konteks bencana. Berpikir bahwa membantu orang dalam krisis adalah segera memberikannya trauma healing. Ada juga, upaya bantuan psikologis yang berusaha membuat orang terdampak bencana/krisis bisa melupakan kesedihannya. Akibatnya, di tengah tenda pengungsi banjir dibuat panggung musik atau memanggil badut; semuanya dilakukan agar segera menggantikan sedih dengan senyum bahagia (instant). 

Hal-hal ini kurang tepat, karena tidak semua akan membutuhkan penanganan trauma, dan masalah belum bisa diselesaikan tuntas jika solusinya hanya sementara seperti hiburan. Yang dibutuhkan orang yang berhadapan dengan bencana/krisis adalah pertolongan untuk segera mencapai perasaan dan kondisi aman (safety), kestabilan agar dapat beraktivitas (function), dan fasilitasi agar dapat memulihkan kembali hidupnya (action).

Tujuan PFA
Tujuan PFA

Orang terdampak bencana/krisis membutuhkan perlindungan dan keamanan, makanan-minuman, informasi, bantuan praktis dan hal-hal yang mendukung mereka untuk melanjutkan hidup dalam situasi krisis. Ada juga yang akan membutuhkan dukungan sosial karena rentan terhadap discriminas dalam situasi krisis.

Ada fenomena 'wisata bencana', dimana orang akan datang sebentar untuk memberikan sedikit bantuan, difoto dan direkam di sosial media, dan pulang dengan perasaan senang karena merasa telah membantu. Kenyataannya, belum tentu perilaku seperti ini membantu orang terdampak bencana. Malah yang bisa terjadi adalah terhambatnya pembentukan sikap resilien pada orang terdampak bencana, atau bahkan muncul antipati pada orang-orang yang kelak datang menolong karena dianggap hanya memanfaatkan situasi demi gengsi dan citra sosial. 

Saya pernah melihat contohnya. Di suatu tenda pengungsian, setelah setiap hari dalam beberapa minggu bertemu dengan orang asing yang membawa makanan/mainan, berfoto-foto lalu pulang, maka anak-anak di sana akan mendatangi setiap orang baru yang ditemuinya untuk meminta-minta makanan/mainan. Allah-alih membantu, yang terbentuk adalah mental yang melemahkan ketangguhan pribadi anak kelak. 

Psychological First Aid

Pertolongan Psikologis Pertama atau Psychological First Aid (PFA) adalah suatu pendekatan bantuan psikososial manusia pasca bencana yang humanis, praktis, dan mendukung pada orang-orang yang mengalami bencana/krisis. Sifatnya pertolongan universal untuk semua orang terdampak bencana.

PFA bertujuan untuk memberikan pertolongan agar korban bencana merasa aman; terhubung dengan lingkungan dan sumber bantuan fisik, psikologis, dan sosial yang ia butuhkan; serta mengembalikan perasaan berdaya dan mampu mengendalikan hidupnya sendiri. 

Biasanya, PFA akan dilakukan hingga 4-6 minggu awal segera setelah kejadian bencana. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan bantuan psikososial lainnya yang lebih bisa mendukung fase melanjutkan dan menyesuaikan hidup pasca bencana (rehabilitation phase). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun