Saat-saat ini, orang tua tengah menyiapkan anaknya untuk masuk sekolah. Ada banyak pertanyaan di kepala orang tua. Bersumber dari pelatihan oleh Autism Association of Western Australia, tulisan ini menjelaskan beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua anak dengan gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder; ASD) untuk menyiapkan dan merencanakan masuk ke Sekolah Dasar (atau Taman Kanak-kanak).
Mulai dengan refleksi diriÂ
Orang tua bisa merasakan kekhawatiran apakah anaknya bisa belajar, jika anaknya akan mengalami bully, apakah sekolahnya bisa menerimanya, dan sebagainya. Tidak apa. Artinya orang tua serius untuk mencari tempat terbaik untuk anaknya. Lalu, orang tua perlu mencari informasi dan bantuan yang tepat. Secara umum, ada 4 tahap persiapan:Â
1.Merencanakan proses transisi.
2.Mempertimbangkan tantangan yang bisa muncul.
3.Membuat usaha berhasil.
4.Mencari sumber informasi-bantuan dalam proses sekolah anak.
1.MERENCANAKAN PROSES TRANSISIÂ
Anak masuk sekolah adalah proses transisi, artinya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari proses belajar berkesinambungan yang telah didapat sebelumnya, dan sedang dijalani hingga ke masa yang akan datang. Pemberian dukungan belajar bagi anak juga terus perlu dilakukan secara komprehensif dan integratif, baik dalam proses pendidikan akademik, terapi serta pendekatan klinis. Artinya, orang tua, guru dan terapis akan perlu membangun aliansi kerjasama untuk mendampingi anak.
Intinya orang tua melakukan 2 hal:
a. Preparation - menyusun perencanaanÂ
b. Knowledge - memperkuat wawasan dan informasiÂ
Membuat checklist.Â
Pastikan kita telah menyiapkan hal-hal berikut:Â
- Membaca buku panduan mendampingi anak masuk sekolah (Forum Peduli Autisme Jawa Timur akan melakukan launching buku ini dari menerjemahkan buku AAWA)Â
- Memilih sekolahÂ
- Menambah wawasan dan informasiÂ
- Membuat pertemuan dengan sekolah
- Menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkanÂ
- Menyiapkan anakÂ
- Menyiapkan buku gambaran kemampuan anak (student stepping up book)Â
- Menyiapkan visual belajar anakÂ
- Membuat persiapan hari pertama masuk sekolahÂ
- Bersukacita atas perjalanan sekolah yang dilakukan anak
Tentang memilih sekolah
Ada 5 tahap dalam memilih sekolah:
- Tahap 1: Identifikasi apa yang penting bagi andaÂ
- Tahap 2: Kumpulkan informasiÂ
- Tahap 3: Tanya pada sekolah (apa dukungan yang bisa diberikan ke anak)Â
- Tahap 4: Kunjungi sekolahnyaÂ
- Tahap 5: Buat keputusan dan registrasi
Orang tua yang sebaiknya mengambil keputusan sekolah mana yang akan dipilih berdasarkan layanan yang bisa diakses anaknya.
Orang tua sebaiknya memilih sekolah yang bisa memberikan layanan dan dukungan bagi ABK, telah mengadaptasi kurikulumnya bagi ABK, memiliki lingkungan ramah pada ABK, dan memiliki layanan transisi bagi ABK. Orang tua dengan anak ASD, sebaiknya memilih sekolah yang sudah memiliki layanan khusus dan spesifik bagi ABK Autisme.Â
Bagi sekolah umum inklusi, pastikan untuk menyediakan kelengkapan fasilitas dan personel yang siap bekerja dengan anak dan orang tuanya. Sekolah seharusnya menyiapkan masa persiapan dengan berkoordinasi dengan terapis dan guru anak sebelumnya, agar bisa membuat rancangan pendidikan yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan terapis anak di komunitas.
Sekolah umum inklusi yang peka terhadap kebutuhan anak ABK akan menyediakan layanan:Â
- Memahami kebutuhan sensori anakÂ
- Memiliki tim yang mengelola perilaku dan keterlibatan belajar anakÂ
- Ada tim kesehatan fisik dan kesehatan mentalÂ
Sekolah yang siap menerima ABK akan menyusun individualized educational plan (IEP) dengan menyesuaikan karakteristik anak dalam lingkungan pendidikan inklusi.
Kapan memilih sekolah umum inklusi (mainstream school) atau sekolah khusus ABK- autisme (specialist school) atau sekolah luar biasa (special school)?
Sekolah inklusi: jika anak dengan high functioning autism, cukup mandiri, memiliki kepasitas intelektual cukup untuk belajar di sekolah umum.Â
Sekolah khusus: anak dengan autisme klasik, yang masih membutuhkan dukungan tambahan lebih banyak, dan membutuhkan banyak dukungan struktur-visual dalam belajar.Â
Sekolah Luar Biasa: anak membutuhkan bantuan yang sangat mendasar dan banyak untuk bisa belajar, juga disertai keterbatasan dalam kapasitas intelektual.
Bagaimana dengan pilihan home schooling?Â
Tidak ada jawaban mutlak. Ada anak yang membutuhkan home schooling, paling tidak 1 hari dalam seminggu. Hal ini terjadi karena anak menjadi kesulitan menghadapi sekolah umum setiap hari (kewalahan dengan tuntutan interaksi sosial di sekolah umum).
Kadang anak akan lebih suka home schooling daripada pergi sekolah seperti biasa, karena lebih mudah baginya. Orang tua perlu memahami , bahwa pergi ke sekolah bukan hanya soal belajar akademik tapi tentang belajar bagaimana melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan berinteraksi dalam lingkungan sosial. Jadi, ada orang tua yang tetap memberikan anaknya pendidikan pergi ke sekolah untuk latihan interaksi sosial, bukan hanya 100% home schooling.
Pelajari sekolahnya.Â
Cek di website sekolah:Â
- Booklet informasi untuk orang tuaÂ
- Tanggal pentingÂ
- Form isian registrasiÂ
- SeragamÂ
- KantinÂ
- Contact person
Membuat jadwal pertemuan dengan sekolah.Â
Dalam pertemuan, tanyakan dan dapatkan informasi mengenai:Â
- Bertanya tentang bagaimana sekolah bisa membantu anakÂ
- Sekolah juga perlu memahami siapa anak dan keluarganya, sehingga paham apakah mereka bisa membantuÂ
- Membangun relasi yang baik dengan sekolahÂ
- Dengan adanya krisis pandemi saat ini, maka sekolah mungkin lebih longgar dalam hal registrasi. Cek tanggal-tanggal penting sekolah.
Menyiapkan dokumen anakÂ
Siapkan:
- Dokumen pribadi (akte, surat-surat).Â
- Dokumen terapi: agar sekolah tahu apa yang anak mampu dan apa yang anak masih perlu dukungan.Â
- Informasi lain yang akan membantu sekolah untuk menyusun/menyesuaikan kurikulum IEP buat anak Â
2. MEMPERTIMBANGKAN TANTANGAN YANG BISA MUNCULÂ
Pertimbangkan untuk mempersiapkan anak menghadapi hal-hal berikut ini:Â
- Lingkungan sekolah: apa pertimbangan khusus lingkungan yang harus dilihat, misalkan: bentuk toilet, kantin, kelas, apakah berisik atau tenang. Pahami apa yang diharapkan anak bisa lakukan, sampaikan ke guru/sekolah apa yang anak mampu, dan apa yang masih butuh dibantu. Pertimbangkan kelas yang kedap suara atau minimal gangguan/distraksi suara bising.
- Tuntutan sosial: pelajari bagaimana harapan sosial di kelas, tunjuk tangan sebelum bicara, menyapa, salam, toilet training. Beberapa sekolah inklusi tidak punya dukungan untuk anak yang belum selesai toilet training. Hal ini harus dipertimbangkan orang tua, dan harus dibicarakan oleh orang tua dengan sekolah.
- Perubahan yang tidak diantisipasi: pelajari apakah ada perubahan guru, atau apakah akan ada excursion/field study - apakah sekolah memiliki dukungan agar anak bisa mengantisipasi perubahan jadwal. Orang tua menyampaikan ke sekolah tentang apa yang dibutuhkan anaknya untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan.Â
- Hal-hal baru: anak perlu disiapkan dengan lingkungan baru, orang-orang baru yang akan ditemui; atau ketika anak mendapatkan diagnosa komorbid (anak memiliki lebih dari 1 gangguan), sehingga mempengaruhi perilaku dan belajarnya. Guru perlu diberitahu untuk bisa melakukan persiapan pendampingan belajarnya.
- Tugas-tugas yang tidak disukai anak: bagaimana anak didukung di kelas dalam menghadapi rutin sekolah yang kurang dia sukai, misalkan: kegiatan pada saat istirahat. Orang tua perlu bertanya apakah ada dukungan bagi anak agar bisa melakukan tugas-tugas seperti itu.Â
Buat kerjasama yang baik dengan sekolah untuk bisa menghadapi tantangan-tantangan berikut ini.Â
3. MEMBUAT USAHA BERHASILÂ
Bagaimana mencapai sukses transisi ke sekolah?Â
1. Membangun keterbiasaan (familiarity): menyiapkan anak agar terbiasa menggunakan seragam, paham lingkungan sekolah - buat visual denah sekolah.
- Gunakan social story - jelaskan apa yang dimaksud dengan pergi sekolah, dimana duduk, apa yang akan dilakukan di kelas, apa liburan sekolah dan yang dilakukan ketika libur.Â
- Menggunakan buku Starting school workbook - bagi anak untuk menyiapkan dirinya ke sekolah (buku terbitan AAWA - yang dibuat khusus untuk anak sebelum masuk sekolah).Â
- Membuat countdown calendar - ajak anak tiap hari menyiapkan dan mengantisipasi sekolah.Â
- Mengikuti orientasi sekolah/sesi transisi di sekolah
2. Practice - latihan, latihan, latihanÂ
- Latihan pakai seragam, latihan mempersiapkan tas sekolahÂ
- Buat harapan/tuntutan latinan kemampuan belajar yang sesuai dengan kemampuan anak - jangan buat standar terlalu tinggi, misalkan pertimbangkan apakah semua bisa dilakukan mandiri? Penting agar anak merasa berhasil mengerjakan tugasnya untuk menjaga motivasinya dan mencegah stress.
- Latihan pipis - toilet.Â
- Mengikat tali sepatu
- Tahu buka kotak makan dan botol minum. Jika tidak bisa, ajari bagaimana meminta bantuan ke guru untuk membukakan.
- Tahu cara buang sampah & sisa makanan.
- Merapikan mainan/materi belajar
- Minta bantuan baik ke guru atau ke teman - cek apakah kita perlu membuat visual
- Berangkat sekolah - naik kendaraan apa? Usahakan agar anak paham cara ke sekolah sehingga menghindari kecemasan hari pertama.
- Tahu dimana toilet dan dimana tempat mengambil air minum.
- Latihan berbaris sebelum masuk kelas.
- Menggunakan jadwal kegiatan belajar visual (visual schedule) di kelas/sekolah
- Latihan terbiasa dengan berbagai konteks sosial - bermain bersama teman, berbicara dengan teman di kelas, dll.
3. Membuat semua rapi (get organized): membuat rutin bisa berjalan lancar, dengan memperkuat struktur belajar anak. Ingat anak ASD akan lebih optimal belajar dalam kondisi lingkungan terstruktur dan didukung dengan alat bantu visual.
- Membuat alat bantu visual penting: minta tolong, istirahat, tunggu, dan jadwal visual.Â
- Membuat buku kemampuan anak (stepping up student snapshot) yang diberikan ke guru, agar dia paham siapa anak dan bagaimana cara membantu anak yang terbaik
4. Membuat persiapan hari pertamaÂ
- Membuat persiapan sebelum hari pertama: seragam, menyiapkan tas dan buku.Â
- Menyiapkan weker bangun pagi, sarapan, perjalanan ke sekolahÂ
- Apakah anak perlu obyek yang dibawa untuk transisi, ataukah sebelumnya sudah dipersiapkan untuk pisah dari obyek lekatnya agar bisa sekolah.Â
- Orang tua juga perlu menyiapkan kegiatan bagi dirinya setelah mengantar anak ke sekolah, agar baik anak dan orang tua bisa mendapatkan pengalaman menyenangkan.Â
- Celebrate - merayakan keberhasilan anak, memberikan reinforcement agar anak mendapatkan pengalaman hari pertama sekolah yang menyenangkan. Dan siap belajar lagi besok.
Usahakan pada hari pertama di sekolah:Â
- Cukup waktu di sekolah - jangan terlambatÂ
- Gunakan visualÂ
- Anak telah memiliki jadwal visual
Rencanakan juga aktivitas setelah sekolah, lakukan:Â
- Buat rutin/kegiatan terencana setelah pulang sekolahÂ
- Perhatikan tanda-tanda fisik dari anak non verbal cues (misal: apakah anak lelah, pahami level dan dinamika energi anak)Â
- Bertanya tentang bagaimana hari ini pada anak.Â
- Perhatikan jadwal anak, agar anak bisa memiliki jadwal yang terbaik - jangan terlalu kecapekan dalam satu hari (misal: kapan jadwal terapi, ekstra kurikuler).
Semester 1, apa yang perlu disiapkan:
- Memahami akan ada masa penyesuaianÂ
- Buka komunikasi dengan guru dan sekolahÂ
- Tetap terhubung dengan terapisÂ
- Mengembangkan rutinÂ
- Menyusun IEP bagi anakÂ
- Orang tua juga perlu merawat dirinya sendiri.
4.MENCARI SUMBER BANTUAN PROSES SEKOLAH ANAKÂ
Dapatkan bantuan dari Pusat terapi/layanan autisme yang selama ini diakses anak. Lebih lanjut, orang tua harus terus belajar untuk memperluas pemahamannya tentang pendidikan dan perawatan bagi anaknya.
Beberapa sumber online yang bisa diakses:Â
- Autism Association of Western Australia (website, youtube dan Facebook page)Â
- Positive partnershipÂ
- Raising children networkÂ
- Jejaring Forum Peduli Autisme Jawa Timur (Facebook page)
Orang tua juga bisa saling mendukung dan berbagi informasi, dengan terlibat dalam komunitas orang tua anak dengan ASD.
Materi dari Making it a success! Getting ready to start schoolÂ
dari Autism Association of Western AustraliaÂ
Dicatat oleh MargarethaÂ
Ketua Forum Peduli Autisme Jawa TimurÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H