Mohon tunggu...
Cici Sabarofek
Cici Sabarofek Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Doktoral Pengembangan SDM Unair, Dosen Universitas Papua

Aku terus memperbaiki diri dan mencari kesempatan baru untuk berkembang, sambil tetap menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Porter Kereta dengan Pelajaran 3Mnya

11 Desember 2023   19:52 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:03 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerita ini dimulai pada hari ini (Senin, 11/12/2023)  yang tenang di stasiun kereta api di Bekasi, saat saya menunggu kereta Jayabaya menuju Surabaya. Sambil menunggu, saya melihat seorang porter yang sedang duduk di lantai. Tempat duduk di samping saya kosong, jadi saya memintanya untuk duduk di sana. Namun, dia menjelaskan bahwa para porter tidak boleh duduk di kursi penumpang, terutama saat jam sibuk. Hanya ketika stasiun sepi dan banyak kursi kosong, mereka diperbolehkan duduk.

Meski demikian, dia mendekat dan jongkok di samping kursi saya, katanya menjaga adab, dan saya bilang kita bukan hidup di jaman kerajaan, jadi abangnya duduk aja disamping saya (sambil nunjuk kursi kosong). Saya menawarinya roti yang masih terbungkus plastik, tapi dia menolak dengan sopan sambil mengucapkan terima kasih. Kami pun mulai berbincang tentang kehidupan. Saya menceritakan pengalaman saya yang dilarang naik bus karena kejadian pencurian pada bulan Agustus lalu, menganggapnya sebagai teguran dari Allah karena saya telah melupakan-Nya.

Porter itu menanggapi dengan bijak, menyebutkan bahwa saya telah diberikan nikmat dunia oleh Allah, namun saya terlena oleh dunia itu sendiri. Dia menggunakan istilah dalam bahasa Arab dan ayat di Al-Qur'an yang saya tidak mengerti karena saya seorang Kristen tapi pesan yang disampaikan saya paham. Dia juga berbagi prinsip hidupnya, yang dia sebut sebagai 3M: tidak Malu, tidak Malas, dan tidak Menghayal.

Saya merasa bahwa pertemuan kami bukanlah kebetulan, melainkan sudah diatur oleh Allah, saya bilang ke dia begitu. Saya berharap kerja keras dan amalnya menjadi berkat bagi dirinya dan keluarganya. Sebelum sempat mengucapkan terima kasih, dia dipanggil oleh pelanggan yang sudah menunggunya (padahal saya ingin memakai jasanya, walau saya sebenarnya tidak membutuhkan karena saya bisa dorong koper saya yang tidak berat). Dia berdiri, ternyata dia sudah mengangkat barang-barang pelanggan dari parkiran bawah, dan bersiap-siap untuk menunggu kereta yang akan berangkat.

Saat dia pergi, saya duduk dengan senyum di wajah saya, merenungkan keberuntungan materi yang telah diberikan kepada saya, yang selama ini tidak saya syukuri atau jaga dengan baik. Sepuluh menit kemudian, penumpang kereta Jayabaya dipanggil. Saya, sebagai salah satu penumpangnya, turun ke peron. Saya melihat porter itu lagi, kali ini serius dan sibuk mengangkat tas pelanggan. Dia berjalan lebih dulu untuk mencari gerbong dan nomor kursi pelanggannya, sementara saya mengikuti dari kejauhan.

Setelah menemukan gerbong saya, saya masuk dan kereta pun mulai bergerak. Saya melihat porter itu telah keluar dari kereta. Di saat itulah, saya menyadari arti sesungguhnya dari rasa syukur dalam hidup disaat hidup ini jauh dari Allah selama 1 tahun ini.

*oiya..Kompasioner, jika ditawari jasa angkut oleh mereka, kalian bisa menggunakan jasa mereka.

terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun