Mohon tunggu...
Cici Sabarofek
Cici Sabarofek Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Doktoral Pengembangan SDM Unair, Dosen Universitas Papua

Aku terus memperbaiki diri dan mencari kesempatan baru untuk berkembang, sambil tetap menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayah

13 November 2023   02:02 Diperbarui: 13 November 2023   04:15 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di matanya yang ceria, ayahku, pahlawanku, penaung di bawah langit biru dalam dunia yang penuh warna.

Matamu bersinar, menunjukkan kehangatan kasih yang tulus.

Meskipun kadang-kadang keras kepala, kusadari bahwa itu adalah cinta yang benar.

Dari pagi hingga malam, ayahku, batu karang yang kuat, mengajarkanku tentang kehidupan.

Saat saya mengatakan, "Aku bisa sendiri", Anda tertawa dengan kesabaran dan berkata, "Tapi kita melakukannya bersama."

Anda selalu ada, menopang dalam diam, meskipun kadang-kadang aku selalu diam jika tersulut amarahku membuat Anda terdiam.

Aku tahu bahwa saya kadang-kadang seperti angin yang tidak dapat dikontrol, tetapi engkau, Ayah, adalah pilar dalam badai dan pelindung yang tak terkalahkan.

Keras kepala ini, yang berasal dari darah yang kita bagikan, dan sebagian karakteristik yang kita warisi, merupakan bukti bahwa kita adalah satu sama lain.

Meskipun perdebatan kita sering terjadi seperti badai, Anda tetap menjadi yang paling terang pada akhirnya.

Terima kasih atas nasihat dan senyuman Anda, ayah. Anda telah mengajarkan saya arti sebenarnya dari kata "rumah".

Ayah, engkau kekasih terbaik dan pelindung sepanjang masa, dalam pelukanmu aku menemukan kehangatan yang abadi.

Dari anakmu yang keras kepala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun