Mohon tunggu...
Margareth Theresia
Margareth Theresia Mohon Tunggu... Mahasiswa pascasarjana -

Blog: http://indonesiakoreastudent.blogspot.kr/ Instagram: margareth.mega

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Raja Hyeokgeose, Mitos Pendiri Kerajaan Silla di Korea

26 April 2017   22:01 Diperbarui: 27 April 2017   07:00 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggambaran lahirnya Hyeokgeose dari telur (sumber: www.korea.net)

Saat itu, seorang kepala desa memberikan saran.

"Raja yang selama ini kita cari talah muncul. Marilah kita sebut dia Hyeokgyeose dan kita angkat dia sebagai raja kita."

Mendengar cerita itu, orang-orang berkumpul dan berbicara satu sama lain.

"Sekarang telah turun putra langit untuk kita sehingga kita harus mencarikan permaisuri untuknya."

Pada hari yang sama,  di sebuah sumur bernama Aryeong di Saryangni, seekor naga bernama Gyerong muncul. Dari rusuk kiri naga tersebut, lahirlah seorang anak perempuan. Wajah dan tubuh anak itu berkilauan akan tetapi bibirnya berbentuk paruh ayam. Akan tetapi setelah anak itu dimandikan di sungai di sebelah utara Wolsong, paruh anak itu menjadi hilang. Sejak saat itu, daerah itu disebut Balcheon.

Para kepala desa akhirnya membangun istana kerajaan di kaki gunung selatan sebelah barat lalu membesarkan Hyeokgeose dan anak perempuan itu di sana. Hyeokgyeose lahir dari telur dan telur itu berbentuk seperti labu sehingga ia diberi nama Bak (kadang disebut juga Park atau 박 atau 朴) sebagai nama keluarga. Lalu anak perempuan itu diberi nama Aryeong, sesuai dengan nama sumur tempat ia muncul.

Setelah Hyeokgeose dan Aryeong berumur 13 tahun, mereka dijadikan raja dan permaisuri. Kerajaan mereka disebut Seorabeol. Seorabeol juga disebut sebagai Sara atau Saro. Nama kerajaan tersebut selanjutnya berubah dan lebih dikenal sebagai Silla.

Setelah memerintah Seorabeol selama 61 tahun, Hyeokgyeose naik ke langit. 7 hari setelahnya, tubuh Hyeokgyeose tercerai berai jatuh ke bumi dan sang permaisuri pun wafat.

Rakyat Seorabeol ingin mengadakan upacara pemakaman bagi raja dan permaisuri mereka akan tetapi selalu ada ular besar yang muncul untuk mengganggu mereka. Oleh karena itu, mereka tidak punya pilihan selain membuat lima buah makam kerajaan untuk bagian tubuh yang tercerai berai dan mengadakan upacara pemakaman di setiap makam.

Diterjemahkan dari buku Samguk Yusa yang ditulis oleh Ilyeon dan dituliskan ulang oleh Lee Jeong-beom. Diterbitkan oleh Younglim Cardinal Inc tahun 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun