Tari Pakarena adalah salah satu jenis tarian istana di daerah Sulawesi yang tercatat mulai ditarikan dari abad ketujuh belas. Pada awalnya Pakarena adalah upacara yang diadakan untuk merayakan kedatangan para prajurit dari medan perang sehingga pada awalnya tarian ini ditarikan dengan tombak dan perisai. Lama-kelamaan, tarian ini berubah menjadi tarian istana. Tombak dan perisai pun diubah menjadi selendang dan kipas. Tarian ini ditarikan dengan diiringi oleh Puikpuik (semacam suling) dan gong. Tarian ini ditarikan oleh Kim Kotji sendiri.
[caption caption="Taeseonmu Dance (dok. pribadi)"]
Taeseonmu adalah tari yang menggunakan kipas putih yang terbuat dari batang bambu. Tarian ini ditarikan oleh Go Woori dan Yoon Jinah.
[caption caption="Tari Sape Kerab (dok. pribadi)"]
Tarian terakhir adalah tarian Sape Kerab yang dibawakan oleh Kim Kotji dan KTTI. Tarian ini berasal dari Jawa Timur dan dikembangkan oleh Dra. Diaztiarni dari Tidyf Studio. Tarian Sape Kerab ditarikan setahun sekali pada acara Keraben Sape di Madura. Musik yang mengiringi tarian ini pun musik yang berasal dari Madura.
[caption caption="Penari yang Tampil di Acara Eoureuda (sumber:dok. Fitri Ririn Isenbeck)"]
Pertunjukan ini berlangsung selama kurang lebih satu jam dan disambut hangat oleh para penonton. Teater kecil yang hanya sanggup menampung hampir 100 orang ini hampir terisi penuh dan para penonton merasa puas menyaksikan pertunjukan dengan tiket seharga 200.000 rupiah ini. Tak hanya orang Indonesia dan Korea saja yang ikut menonton, ada orang Amerika, Kazakhstan dan sebagainya yang ikut menikmati pertunjukan ini. Harapan Kim Kotji dan KTTI cukup sederhana, mereka ingin membuat Indonesia semakin dikenal lewat keindahan tariannya. Mari kita terus dukung putra putri bangsa yang berperan dalam mengharumkan nama Indonesia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H