Mohon tunggu...
Margareta Wijayanti
Margareta Wijayanti Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Introvert, hard worker, Empathy, Traveling, Literasi, Healty, Healing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Metode Project Based Learning (PjBL) Meningkatkan Kreatifitas Belajar Siswa

16 Januari 2023   15:30 Diperbarui: 16 Januari 2023   15:34 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Minat belajar adalah ketertarikan atau keinginan seseorang untuk mempelajari dan menekuni suatu pelajaran disertai dengan perasaan senang dan konsisten. Di tahun 2021 ini, penurunan minat belajar siswa merupakan akibat dari pemberlakuan pembelajaran jarak jauh. Tak dapat dipungkiri bahwa pandemi covid-19 menjadi penyebab utama menurunnya ketertarikan siswa dalam belajar. Penurunan minat belajar siswa dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebut bisa berupa kebiasaan diri kita sendiri. Misalnya terlalu banyak rebahan. Rebahan dalam arti kata seseorang yang melakukan kegiatan sambil berbaring. Melakukan aktivitas dengan rebahan memiliki efek negatif bagi kita. Menurut academy.snapask.com belajar dengan rebahan dapat menimbulkan gejala seperti sakit punggung, mudah mengantuk, dan dapat membuat sakit mata. Kebiasaan lainya yang dapat menurunkan minat belajar siswa yaitu sering bermain smartphone. Bermain game, membuka instagram, tiktok dan melihat status whatsapp merupakan hal yang sering diakukan. Padahal apabila dilakukan terus menerus menyebabkan rasa malas belajar yang mana akan berdampak pada minat belajar siswa. Kegiatan yang sering dilakukan tersebut tanpa kita sadari dapat menurunkan semangat kita dalam belajar. Sedangkan, faktor ekstenal yang menjadi penyebab menurunnya minat belajar siswa yaitu lingkungan belajar. Lingkungan belajar sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran. Setiap siswa pasti memiliki lingkungan yang berbeda. Lingkungan belajar yang nyaman dan efektif akan mendukung kegiatan pembelajaran berjalan dengan kondusif dan dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Begitu pula sebaliknya lingkungan yang ramai, bising, dan kotor akan membuat ketertarikan siswa dalam belajar hilang. Oleh sebab itu, lingkungan sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar. Penyebab lainnya metode pembelajran yang digunakan guru kurang sesuai dengan kondisi siswa, kurangnya minat dan motivasi siswa dalam membaca materi, metode mengajar guru yang belum inovatif, serta kegiatan belajar mengajar yang masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dan kurang kreatifitasnya.

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), yang terkombinasi dengan pendekatan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK), merupakan  model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, inter pretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar dan terintegrasi dalam suatu kerangka kerja yang mengidentifikasi pengetahuan, guru perlu mengajar secara efektif dengan kerangka teknologi. Sehingga model pembelajaran ini merupakan pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah siswa dalm kurangnya semangat belajar dan kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Menurut Tantri Mayasari. Dkk (2016), hasil penelitian model  pembelajaran project  based  learning (PjBL), menjadi model yang paling poluler pada pendekatan konstruktivisme. Peserta  didik  dapat  belajar  melalui serangkaian aktivitas atau proses pembelajaran yang   melibatkan   peserta   didik   secara   aktif dalam menemukan jawabannya   sendiri. Salah  satu  upaya  untuk menjawab  tantangan  ini  dengan  merubah  peran  guru  dari  dari  penyedia  dan  peyampai  informasi menjadi   fasilitator   untuk   berbagi   informasi   dan   pengetahuan   serta   melatihkan kemampuan memecahkan  masalah   kepada   peserta   didik.   Pembelajaran   konstruktivisme menjadi   salah   satu alternatif  dalam  melatihkan  keterampilan  abad  21.

Langkah-Langkah Pembelajaran TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge), yaitu: guru memberikan informasi atau materi inti pembelajaran melalui slide power point agar peserta didik bisa lebih mudah memahaminya. Membentuk kelompok belajar melalui aplikasi perpesanan seperti Whatsapp. guru melakukan evaluasi pembelajaran. Sedangkan sintak dari model pembelajaran Project  based  learning (PjBL), Merujuk dari Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia (2006) terdapat enam langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, di antaranya

  1. Mempersiapkan pertanyaan penting terkait suatu topik materi yang akan dipelajari
  2. Menyusun rencana proyek
  3. Membuat jadwal
  4. Memonitor pelaksanaan pembelajaran berbasi proyek (project based learning)
  5.   Menguji dan memberikan penilaian atas proyek yang dibuat
  6. Evaluasi pembelajaran berbasis proyek.

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis Proyek (PjBL), adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran, membuat strategi pembelajaran, membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa. Peran guru dalam pembelajaran dengan model Pjbl, adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa/peserta didik berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa/peserta didik tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.

Penerapan Project Based Learning adalah pendekatan yang mengedepankan siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang benar-benar ditemui di lapangan. Dalam pembelajaran ini siswa akan berperan menjadi seorang profesional yang mencoba memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Keunggulan atau kelbihan metode pembelajaran dengan Project Based Learning (PjBL) adalah: Melatih peserta didik untuk menggunakan reasoning dalam mengatasi persoalan, melatih peserta dalam membuat hipotesis dalam pemecahan masalahberdasarkan konsep bisnis yang sederhana, melatih kemampuan berpikir kritis dan kontekstual, memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam pembelajaran, Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah,  menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan peserta didik sebagai fasilitator, menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang besar, membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang ada.

Beberapa kekurangan dari Project based learning (PjBL) , yaitu: memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak pendidikan yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pendidik memegang peran utama di kelas, banyaknya peralatan yang harus dibeli Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok, sehingga dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Untuk menerapkan Project based learning (PjBL)agar berjalan lancar dan efektif, seperti berikut: menentukan proyek yang akan dibuat, membuat jadwal pengerjaan, guru menjadi pendamping dan pengarah bagi siswa, adanya kerja sama yang baik antara guru dan siswa, jika semua sintak dan langkah-langkah dalam model pembelajaran Project based learning (PjBL) dapat terpenuhi dan adanya kerjasa sama antara guru dan peserta didik maka pembelajaran Project based learning (PjBL dapat berjalan secara efektif dan inovatif.

Dalam melaksanakan rangkaian pembelajaran ini penggunaan media pembelajaran yang terintregasi dengan teknologi berupa slide presentasi dalam aplikasi Powerpoint dan juga printout bahan ajar yang digunakan dalam diskusi kelompok untuk memudahkan pemahaman peserta didik dan dapat menunjang pembelajaran inovatif.

Refleksi pembelajaran merupakan pemberian umpan balik atau penilaian dari peserta didik terhadap guru setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Dalam pembelajaran dengan model Project based learning (PjBL), dapat ditarik refleksi antara lain Informasi dan Teknologi memberi warna yang baru di dunia pendidikan. Baik guru dan siswa harus mengikuti perkembangan zaman. Sehingga pembelajaran harus dikemas semenarik mungkin dengan memanfaatkan teknologi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu proses pembelajaran harus mampu mengantarkan siswa untuk terampil yang mana keterampilan tersebut sebagai bekal untuk menatap masa depan mereka. Jadi guru harus mampu melayani kebutuhan siswa untuk belajar tanpa batas ruang dan waktu dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan yang ada. Guru harus bisa menerapkan model, strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan kebutuhan dari siswa tersebut. Guru harus bias mengkondisikan siswa siap mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Guru juga harus bias mencipakan suasana belajar yang menyenangkan serta kondusif bagi siswa. Model pembelajaran yang berbasis proyek serta inovatif dapat merangsang kreatifitas siswa dibandingkan model pembelajaran yang monoton dan konvensional yang dahulu biasanya dipakai.

Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa pada saat kegiatan pembelajaran, siswa berperan aktif dalam mayampaiakn pendapat terhadap hasil yang telah mereka uji dalam membuat produk. Kondisi siswa yang kooperatif pada sat pembelajaran juga mempengarui keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan

Guru menerapkan metode, model, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi peserta didik, maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancer dan sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru selalu berupaya meningkatkan kemampuan diri dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, menarik dan kondusif, serta lingkungan yang menarik, kreatif serta inovatif bagi peserta didik.

Pada akhir kata, rangkaian ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan harapan. Peran guru tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga pembimbing bagi peserta didik.  Guru pada abad 21 berperan sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar siswa. Serta dapat berperan merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian secara manual dan digital dengan mengintegrasikan berbagai alat dan sumber belajar yang relevan untuk mendorong peserta didik agar memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi, kritis dan lebih kreatif.


Penulis

Margareta Wijayanti, S.ST

Guru Farmasi SMK Kesehatan Citra Medika Sukoharjo

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun