Mohon tunggu...
Maria Margan
Maria Margan Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar belajar menulis.

Live like a Dandelion. Never give up and always hope for everything in all circumstances.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentakosta, Kespel dan Politik, Apa hubungannya?

28 Mei 2023   16:05 Diperbarui: 28 Mei 2023   16:02 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari : i.etsystatic.com

Catatanku hari ini....

Setelah sekian purnama tidak nyambangi satu-satunya blog milik saya di Kompasiana. Hari ini saya rindu ngintip dan sekedar menggores kisah saya saat ini. 

Bukan artikel yang berbobot dan abot. Tapi sekedar memuaskan salah satu hasrat pribadi saya yang positif. Dan karena sejak awal saya bukan seorang penulis aktif, hanya suka curhat saja dan mencoba menuangkan isi kepala dalam tulisan , supaya kepalaku ini tidak overload . Dan sebagai momentum untuk diri sendiri saja, yang bisa sesekali kuintip jika kangen. 

Hari ini adalah momen dalam salah satu rangkaian kegiatan yang saya ikuti dalam bulan Kespel di gereja saya. Dimana hari ini bertepatan dengan hari peringatan Pentakosta atau kita juga menyebutnya sebagai hari turunnya/ dicurahkannya Roh Kudus. 

Ilustrasi gambar dari : data:image/jpeg;base64
Ilustrasi gambar dari : data:image/jpeg;base64

Apakah Roh Kudus hanya dicurahkan pada saat Pentakosta saja ? ohh tentu tidak. Bagi saya pribadi Roh Kudus adalah kawan terdekat, penolong setia yang bisa saya rasakan kehadirannya hari lepas hari, waktu demi waktu. Terlebih dalam ziarah kehidupan yang saya jalani saat ini (duhh bahasaku kok rohani banget ya). Saya bukan wanita religius yang mengerti dan paham tentang agama. Saya hanya pelaku kehidupan, yang jatuh bangun, tapi saya tidak pernah merasa ditinggalkan. Selalu ada saja jalan dan pertolongan. Meski saya bukan wanita kudus, tapi saya merasakan hadirnya Penolong yang menuntun dalam hidup ini. Dan itulah karya Roh Kudus dalam hidup saya. 

Pada mulanya dalam sejarah Kekristenan, tanda awal dari peristiwa Pentakosta saat itu adalah turunnya lidah-lidah api kecil, dan para murid saat itu diberikan karunia berbahasa roh. Kemampuan berbahasa roh ini bisa dikatakan bentuk karunia yang mula-mula diberikan pada para murid saat itu. Yang kemudian pada perkembangannya ada banyak bentuk / rupa karunia Roh yaitu menafsirkan bahasa roh itu sendiri (jadi glossolalia iku onok artine gaess), membuat mujizat, bernubuat, menyembuhkan, dll. Bahkan melayani sesama pun itu juga salah satu rupa karunia Roh Kudus.

Peristiwa Pentakosta juga menjadi satu momen terbentuknya gereja mula-mula saat itu. Dan hingga saat ini ada banyak gereja yang lahir di seluruh dunia dengan bermacam-macam denominasi dan gaya bergereja. Bahkan akhir-akhir ini ada yang disebut gereja modern juga. Hingga yang katanya gereja yang bertaburan para artis, hingga kalau datang ibadah berasa jumpa fans tipis-tipis. 

Apakah itu salah? Dan apakah denominasi dan gaya ibadah gereja kita sendiri yang paling benar ? Saya rasa perkara ibadah, keyakinan dan iman itu adalah antara umat dan Yang Maha Kuasa yang kita sembah. Selama cara menyembah kita masih dalam koridor penyembahan dalam Roh dan Kebenaran dan tidak menyembah pada ilah-ilah lain. Maka itu sah-sah saja. Tentang tujuan seseorang datang ke sebuah gereja karena benar-benar rindu untuk ibadah, bertemu pacar, atau untuk jumpa artis idola, atau ben kethok kalau wong Kristen yang tiap minggu ke gereja.  kembali lagi itu akan menjadi urusan dan konsekwensi pribadi masing-masing. 

Tentang rupa karunia Roh, yang paling umum dijumpai adalah Glossolalia/ bahasa Roh. Terutama di beberapa denominasi gereja kharismatik. Glossolalia ini hampir selalu dapat kita temui dalam tiap ibadah. Hal itu diyakini sebagai kehadiran dan urapan Roh Kudus yang terjadi saat ibadah berlangsung. Apakah itu hal yang keliru dalam meyakini karunia Roh ? Opini saya tentu saja hal itu tidak keliru. Karena sebenarnya saat kita melakukan pujian dan penyembahan , kita sedang terhubung dan intim dengan Roh Kudus itu sendiri. Dan jika kemudian kita dimampukan berdoa dalam bahasa Roh itu sah-sah saja, karena doa dalam bahasa Roh sejatinya membangun iman diri pribadi kita (hanya opini pribadi.. ). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun