Mohon tunggu...
Maria Margan
Maria Margan Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar belajar menulis.

Live like a Dandelion. Never give up and always hope for everything in all circumstances.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjumpaan untuk Pertama dan Terakhir Kalinya

29 Mei 2020   05:13 Diperbarui: 29 Mei 2020   05:15 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Sketch  Bhushan Shelokar 2011

If a picture paints a thousand words,
Then why can't I paint you?
The words will never show the you I've come to know. 

Sepenggal lirik lagu berjudul “If”, dari musisi Bread. Lagu itu adalah lagu favorit sahabat saya Bhushan Shelokar. Seorang sahabat dari India.

Berawal Dari Mengagumi Sebuah Karya

5 tahun lamanya saya bersahabat dengan Bhushan Shelokar di media sosial.  Saya mengenalnya sebagai teman dari kenalan saya, seorang seniman Sketches.

Berawal dari mengagumi sebuah karya, berkembang menjadi sebuah persahabatan abadi.

Pembicaraan kami saat itu hanya seputar karya seninya. Bhushan selalu menghargai pendapat saya dari sudut pandang seorang awam penikmat seni.

Karena merasa opini saya dihargai, saya pun dengan sungguh-sungguh mengamati dan memberi opini saya pada karya-karyanya. Sebelum kemudian karya tersebut akan diperbaiki dan diunggah pada akunnya.

Demikianlah cara saya berkontribusi pada perkembangan karya-karyanya. Hingga berjalannya waktu dengan ketekunan, keterbukaan pada kritik dan saran. Karya seninya semakin matang. Dan banyak menjadi inspirasi junior di bidang serupa.

Dari hanya pembicaraan seputar seni, pertemanan kami berkembang menjadi sebuah persahabatan. Kami pun mulai membicarakan banyak hal. Tentang Agama kami, Bhushan Hindu dan saya Nasrani. Perbedaan kultur negara kami, Bhushan berasal dari India dan saya Indonesia. Dari Holi hingga Dilwalli. Yang selama ini hanya saya tahu  dari tayangan film Bollywood saja.

Tidak hanya kami berdua menjadi sahabat, namun kami saling memperkenalkan anggota keluarga kami. Dari sahabat menjadi persaudaraan.

Namun karena atas dasar kasih dan rasa saling menghargai. Jalinan persahabatan yang dapat melampaui batas ruang dan waktu, perbedaan, dan lintas generasi. Bisa bertahan hingga kini.

Sempat kami jarang berkomunikasi meski gawai telah populer. Karena Bhushan sibuk menyelesaikan pendidikannya sebagai Mahasiswa Teknik Sipil. Sehingga sementara waktu dia harus mengurangi aktivitasnya dalam dunia seni. Saya pun tenggelam dalam aktivitas pekerjaan. Hanya sesekali kami berkirim pesan untuk menanyakan kabar masing-masing dan keluarga kami.

Gambar Charcoal Sketch Bhushan Feb.2017
Gambar Charcoal Sketch Bhushan Feb.2017

Suatu Hari Di Akhir Bulan Januari 2017 

Bhushan menelepon saya memberi kabar bahwa dia telah tiba di Jogjakarta selama beberapa hari dan menginap di rumah seorang seniman sekaligus mentornya Bapak Totok Solichin. Dan akan mengunjungi Bapak Hari Willy di Semarang. Kemudian akan tiba di kota Malang pada 21 Januari 2017 untuk mengunjungi saya.

Tak terkira sukacita saya mendapat kejutan dari sahabat jauh. Dan yang lebih mengharukan adalah Bhushan ingat semua hal yang pernah dijanjikan akan dibawakannya jika punya kesempatan bertemu.

Mulai dari bumbu masak khas India, kacang-kacangan, manisan, beras instan, sambal India, dan kain Saree tentunya. Tentu saya dan keluarga sangat senang dengan kedatangan tamu jauh di rumah kami. Bhushan tinggal selama 3 hari di rumah kami sebelum melanjutkan perjalanannya ke Pulau Bali.

Selama 3 hari di rumah, kami pun melakukan apa yang pernah dijanjikan, yaitu mengajari saya memasak makanan khas India Chicken Massala. Dan kami sekeluarga mengantarnya ke tempat yang ingin dikunjunginya yaitu kawasan Jalan Ijen, Alun-alun kota Malang, Taman Wisata Selecta. 

Ada sebuah tempat lagi yaitu pantai di Malang. Namun karena saat itu masih musim hujan dan terbatasnya waktu kami batal kesana. Akhirnya Bhushan melanjutkan liburannya ke Pulau Bali dan kembali ke India.

gambar sketch yang dibuat saat Bhushan di Indonesia
gambar sketch yang dibuat saat Bhushan di Indonesia

Ada Pertemuan Ada Perpisahan 

Sekembalinya Bhushan ke India, kami tetap berkomunikasi melalui WA. Keluarga Bhushan sempat mengundang saya untuk menghadiri pernikahan kakak lelakinya Digvijay Shelokar. Sayang saya belum bisa memenuhi undangan tersebut. Saat itu akhir bulan April 2017.

Suatu kali kami berdebat untuk hal sepele. Saat itu dia menyarankan saya ganti pekerjaan. Karena menurutnya gaji yang saya terima tidak sepadan. Namun saya menolak pendapatnya. Bhushan pribadi yang sabar namun hari itu dia sangat marah. Untuk hal yang biasanya tak masalah untuknya.

Karena perbedaan pendapat itu Bhushan memutuskan persahabatan kami. Dan yang terburuk akses saya di blokir. Hingga saya harus minta bantuan saudaranya untuk menasehati. Namun Bhushan tidak mau bicara dengan saya. Saya hanya bisa berkirim pesan di messenger. Itupun hanya dibacanya saja.  

Sebulan kemudian, malam itu tanggal 29 Mei 2017. Telepon saya berdering, suara diseberang adalah suara Baba, ayah dari Bhushan. Beliau menangis tanpa kata. Saya masih belum mengerti. Hingga Pallavi saudarinya yang bicara dan menyampaikan bahwa Bhushan sudah tiada. Kecelakaan mobil telah merenggut jiwanya.

Tubuh saya lunglai saat itu. Campur aduk rasa dihati. Saya tetap tidak percaya, hingga isak tangis Pallavi di seberang pun pecah, barulah airmata saya pun tak lagi bisa ditahan. Sahabat saya, saudara laki-laki kami, putra terkasih Ai dan Baba telah pergi ke tempat yang sangat jauh dan takkan lagi bisa kujangkau. 5 tahun kami bersahabat dari jauh, akhirnya bertemu sekali dan untuk yang terakhir kali, sesaat menjelang kepergian abadinya.

Jika saja saya tahu 1 bulan itu adalah hari-hari terakhirnya tentu saya tidak akan berdebat untuk hal sepele dengannya. Ada rasa sesal. Namun semua sudah jadi takdir Tuhan. Umur hanya pinjaman yang suatu hari harus kembali pada Pemiliknya. Kami pun belajar merelakannya.

Ternyata bukan hanya kami orang terdekatnya yang kehilangan. Adalah seorang ibu bernama Meghna Shah. Dia tadinya hanya ibu rumah tangga biasa yang sekedar berminat seni. Kemudian ibu Meghna bertemu dengan Bhushan di sebuah kelas kursus dasar Sketch.

Namun karena merasa ilmu yang diperoleh di kelas tersebut tidak memuaskan, akhirnya Bhushan menawarkan untuk mengajari secara private. Dari Bhushan-lah ibu Meghna jadi lebih percaya diri untuk terus berkarya. Hingga akhirnya ibu Meghna pun bisa berkesempatan menampilkan karyanya di publik dengan percaya diri.

Bagi saya Bhushan adalah sahabat terbaik, bagi keluarga dia adalah putra yang berbakti, bagi rekan seniman, dia adalah pribadi ramah yang rendah hati dan tidak pelit berbagi ilmu. 

Dan meski Bhushan sudah tidak ada di antara kami, namun hingga hari ini persaudaraan saya dan keluarganya tetap terjalin. Dan sesekali Ai dan Baba pun kontak videocall dengan saya. 

Sahabat terkasihku Bhushan Shelokar semoga jiwamu damai dalam tidur abadi di sisi-NYA.

Meski engkau telah tiada, namun karyamu, kenangan tentangmu tidak akan hilang dari hati kami.

Lahir Di Bhandara 29.11.1989 - Wafat Di Goa 29.05.2017
Lahir Di Bhandara 29.11.1989 - Wafat Di Goa 29.05.2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun