Dua minggu telah berlalu, Ku ayunkan kaki melangkah keluar dari madrasah tiba-tiba mendarat di hadapanku selembar surat undangan pernikahan laki-laki yang dulu dan sampai saat ini masih ku cintai, meskipun selama dua minggu ini ada seorang yang selalu berusaha menghiburku meski di waktu yang sibuk, gemetar aku memegang surat undangan itu, dan seorang itu menguatkanku. Seorang itu adalah sosok yang dekat dengan Gus Umar sosok yang mengantarkan selembar amplop putih yang mungil, seorang yang sangat baik hati dan setia seorang yang hampir sempurna namun entah mengapa aku masih dibutakan oleh cinta lamaku yang sudah pasti akan menikah minggu depan.
   Hatiku tak serapuh dulu namun hatiku hati biasa dan respon tubuhku sangat cepat hingga aku langsung duduk terjatuh hilang keseimbangan. Karena darurat seorang itu yang bernama Kang Ali membantuku agar bangun dan duduk di kursi, kemudian mengambil air minum untuk menenangkan diri. Benar sekali Kang Ali yang selama ini menemaniku dan mensupport agar bisa bangkit dan bersemangat lagi. Karna Zahro yang ceria, Zahro yang semangat, Zahro yang kuat, telah hilang selama beberapa minggu yang lalu.
   Setelah menenangkan diri aku angkat bicara " Kang tolong sampaikan salamku kepada Gus Umar dan calon istrinya selamat dan maaf tidak bisa hadir" pintaku, Kang Ali yang mengerti akan keadaan dan tidak berani membujukku untuk saat ini hanya menganggukkan kepala dan berkata " Nggih mbak, akan saya sampaikan salammu." Jawab Kang Ali singkat.
Satu bulan telah berlalu...
    Ternyata di balik semua itu ada sosok lelaki yang sangat kuat menjagaku dalam doanya, hari ini aku akan menikah dengannya seorang yang selalu menjagaku baik dalam doa maupun dalam keseharian tanpa aku sadari, dan semuanya terungkap pada saat dia berkunjung ke rumahku bersama dengan kedua orang tuanya, dia yang dulu menyukaiku namun demi sahabatnya dia diam, dan demi sahabatnya dia rela jadi pengantar amplop kecil yang mungil, namun karena kesabaran dan kegigihannya dia membuka gembokku yang telah hilang kuncinya sejak dua bulan yang lalu, dan saat itu juga aku benar-benar manusia yang sangat bodoh akan semua hal, tak menyadari bahwa selama ini orang yang di sampingnya sangatlah berati dan dia juga putra dari seorang kiai yang masih sahabatnya kiai dari pondokku dulu.
  Bodohnya lagi diriku masih mempunyai rasa dengan Gus Umar yang tiba-tiba muncul di acara resepsi pernikahanku dengan menggandeng sang istri yang sedang mengandung, tak disengaja mataku dan matanya saling menatap, tatapannya masih sama seperti di saat kita masih bisa bersama " Gus... Aku masih mencintaimu, maafkan aku Ya Allah kenapa aku masih mencintainya sedangkan aku belum bisa sepenuhnya membuka gembok hatiku untuk suamiku," Mas Ali yang telah tersadar akan hal itu langsung menggandeng dan memberiku kekuatan " Mas Ali maafkan Zahro..." ucapku lirih yang langsung dirangkul hangat oleh suamiku. Sebaliknya Gus Umar pun bergumam dalam tatapannya " Aku masih mencintaimu Zahro.. maafkan aku" pada saat bersalaman dan mengucapkan selamat Gus Umar berkata pada Mas Ali " Tolong jaga Zahro bahagiakan dia jangan tangisi dia dan perlakukan dia bak tuan putri..." uajrnya "Tak perlu kau ajarkan itu sudah jadi kewajibanku sebagai suaminya" jawab tegas Mas Ali sambil bergurau. Namun diriku tak kuasa hingga kuteteskan air mataku yang dibalas dengan pelukan hangat suamiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H