Latar Belakang
Indonesia  merupakan  salah  satu  produsen  utama  bijih  nikel  dunia.  Produksi  bijih  nikel  Indonesia  memang mengalami pasang surut menyesuaikan dengan perubahan regulasi yang ada. Berdasarkan LaporanInternational Nickel  StudyGroup tahun  2018,  pada tahun  2017  Indonesia  termasuk  dalam  peringkat  kedua  sebagai  produsen nikel  di  dunia.Data  International  Nickel  Study  Group  (INSG)  tahun  2018  juga  menunjukkanproduksi  nikel dunia  utamanya  diserap  oleh  China  (53%)  dan  negara-negara  dunia  lainnya  (47%).  Oleh  karena  itu,  tidak mengherankan  jika  harga  nikel  dunia  sangat  dipengaruhi  oleh  kondisi  perekonomian  China.  Saat  pertumbuhan ekonomi  China  sangat  tinggi  di  level  14%  pada  tahun  2008,  harga  nikel  melonjak  sampai  sekitar  USD 30.000/ton.  Saat  pertumbuhan  ekonomi  China  melambat  di  level  6,7%  di  tahun  2016,  harga  nikel  pun  ikut mengalami penyesuaian yang cukup jauh sampai ke kisaran antara USD 9000 --11.600/ton.
PT.  VALE  Indonesia  Tbk  (PTVI)  merupakan  salah  satu  perusahaan  tambang  nikel  terbesar  di  Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari VALE SA yang berkantor pusat di Brazil yang memiliki wilayah operasi di provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Luwu Timur, di mana daerah tambang dan pabriknya berada di desa Soroako. Wilayah operasi seluas 118.017 hektar yang meliputi Sorowako di Sulawesi Selatan, Bahodopi di  Sulawesi  Tengah,  serta  Pomalaa  dan  Suasua  di  Sulawesi  Tenggara.PT  Vale Indonesia  Tbk  (PTVI) yang sebelumnya bernama PT International Nickel Indonesia ("INCO"), memulai kegiatan eksplorasi bijih nikel di bumi Celebes pada tanggal 25 Juli 1968. Saat ini  menjadi perusahaan tambang  mineral terkemuka  di Indonesia dan salah satu penghasil nikel terbesar di dunia.
Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri nikel, PT Vale Indonesia Tbk sudah dipastikan mempunyai risiko dalam menghadapi  fluktuasi  harga  nikel  dunia  dan  beberapa  risiko  lain  yang  harus  dikelola  secara  seksama. Beberapa  contoh  risiko yang  disebabkan  oleh  faktor  internal  antara  lain,  tidak  adanya  keselarasan  masing-masing  fungsi  dengan  strategi  dan  tujuan Perusahaan baik  jangka  pendek  maupun  jangka  panjang,  kurangnya komunikasi  yang antar bagian, kurang dalam pemahaman terhadap tugas  yang diberikan, kompetensi karyawan yang kurang memadai sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaansecara keseluruhan.
Jika dilihat pada kasus PT Vale Indonesia, ketidakpuasan masyarakat pun terjadi. Hal ini dapat dilihat pada beberapa aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat dalam hal penyediaan sarana air bersih, bantuan fasilitas listrik, penyediaan lapangan pekerjaan, tuntutan dalam menjalankan program CSR dan lain-lain. Pihak manajemen perusahaan PT Vale telah melakukan langkah maju dalam merespons tuntutan masyarakat secara bijaksana, membangun dan mempertahankan hubungan dengan para stakeholder.
Profil Singkat PT Vale Indonesia Tbk
PT Vale Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di industri pertambangan, lebih tepatnya pada pengolahan nikel terintegrasi. Merupakan bagian Vale, perusahaan multinasional asal Brazil. Perusahaan ini didirikan pada 25 Juli 1968 di Indonesia. Memiliki kantor pusat di Jakarta dan pabrik pengolahan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
PT Vale Indonesia yang saat itu masih bernama PT International Nickel Indonesia Tbk menekan sebuah perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968. Kontrak Karya tersebut merupakan lisensi untuk eksplorasi , penambangan, dan juga pengolahan bijih nikel yang resmi dari Pemerintah Indonesia. Sejak penandatanganan Kontrak Karya tersebut, mulai ada persiapan untuk membangun pabrik pengolahan di kawasan Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Pembangunan pabrik ini dimulai pada tahun 1973 dan rampung pada 1977. Presiden Indonesia saat itu, Soeharto, meresmikan pabrik dan fasilitas penambangan yang baru jadi milik PT Vale Indonesia ini. Setelah resmi beroperasi, PT Vale Indonesia berhasil mengirimkan produksi nikel komersil pertamanya ke perusahaan asal Jepang, Sumitomo Metal Mining Co, Ltd pada tahun 1978. Setahun setelahnya, perusahaan ini mengoperasikan PLTA Larona yang ditujukan membantu pasokan energi untuk proses pengolahan bijih nikel di sana. PLTA ini memiliki kapasitas sebesar 165 MW.
Seiring dengan perkembangan perusahaan ini, pada tahun 1990 PT Vale Indonesia secara resmi terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dengan nama INCO. Lalu melakukan penawaran umum perdana atau IPO dengan nilai saham sebesar 21,8%. Tidak hanya itu, pada tahun 1996 perusahaan ini juga meregenerasi Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia hingga tahun 2025. Tahun 2011 mungkin menjadi tahun yang terkenang bagi perusahaan ini. Pada tahun tersebut terjadi perubahan nama yang semula PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) menjadi PT Vale Indonesia Tbk, atau juga disebut PT Vale. Keputusan ini sudah disetujui oleh para pemegang saham.Â
Sepanjang sejarah, PT Vale Indonesia pernah menyabet beberapa penghargaan bergengsi. Seperti menjadi pemegang rekor total 17,4 jam zero lost time injury periode 2017-2018 dan menyabet gelar PROPER Hijau yang dianugerahkan oleh KLHK. Selain sepak terjang yang panjang di industri pertambangan Indonesia yang patut diapresiasi, PT Vale Indonesia juga menyabet beberapa penghargaan bergengsi. Seperti menjadi pemegang rekor total 17,4 jam zero lost time injury periode 2017-2018 dan menyabet gelar PROPER Hijau yang dianugerahkan oleh KLHK.
Visi dan Misi PT Vale Indonesia Tbk